📿📿📿
Senja hari di pinggiran sebuah taman, Athaya dan Adara sedang berjalan jalan mencari para pedagang yang menjual berbagai macam aneka makanan.
Dan sekarang, pilihan mereka jatuh pada seorang bapak penjual pecal yang sedang memarkirkan gerobak dagangan di pinggir taman, tepat nya di bawah pohon yang rindang.
"Tuh ada penjual pecel, kita kesana yuk." Ajak Adara.
"Ra, bentar dulu deh." Athaya menarik tangan Adara hingga membuat nya tertarik ke belakang.
"Apaan?"
Athaya tersenyum penuh arti lalu membisikkan sesuatu ke telinga Adara, hingga perlahan bibir Adara ikut menerbitkan sebuah senyuman.
"Gimana?" tanya Athaya, terkekeh.
"Ayoklah! Aku setuju."
Kemudian keduanya berjalan mendekati penjual pecel, sebut aja nama nya pak, Rahman.
"Assalamu'alaikum pak."
"Wa'alaikumussalam ... Mau beli pecel dek?" tanya pak Rahman, tersenyum menatap Athaya dan Adara.
Athaya cengengesan. "Enggak pak, mau beli cilok." Katanya bercanda.
"Ya mau beli pecel dong pak, emang bapaknya ada jual apalagi." Adara menimpali ucapan Athaya.
"Gak ada sih dek, cuma ada nya pecel doang." Kata pak Rahman, sehingga membuat Athaya dan Adara menggeleng melihat pak Rahman yang hanya menampilkan senyuman.
"Pesan dua ya pak." Kata Adara, yang berdiri di sebelah kiri dan Athaya di sebelah kanan pak Rahman.
"Ok sip, sebentar ya."
Adara dan Athaya saling lirik kemudian mengangguk dengan sebuah senyuman. "Eh, pak itu apa?" tanya Adara menunjuk sebuah kencur.
Pak Rahman menoleh ke arah tunjuk Adara, tanpa sadar kalau Athaya diam-diam mengambil ulekan batu untuk membuat bumbu pecel nya.
"Oh, itu namanya kencur dek." Beritahu si bapak.
"Emang buat pecel harus pake itu ya pak?" tanya Adara, berusaha menahan tawa saat sadar aksi mereka tak ketahuan.
Pak Rahman mengangguk. "Iya dong, supaya bumbu nya enak dan menambah aroma yang nikmat."
"Loh, mana ulekan nya?" monolog pak Rahman, saat akan mulai membuat bumbu tetapi ulekan nya tak ada di tempat.
"Kenapa pak?" tanya Athaya, pura pura tak mendengar perkataan pak Rahman.
Pak Rahman menoleh pada Athaya. "Ini dek, ulekan nya hilang."
"Kok bisa hilang?"
"Gak tau juga dek, seingat bapak tadi di taruh di sini kok." Pak Rahman tampak kebingungan dengan mengobrak-abrik gerobak nya.
"Coba cari lagi pak, siapa tau bapak lupa taruh." Kata Adara, pura pura membantu mencari.
"Enggak dek, bapak inget banget kalau tadi ulekan nya di taruh di sini kok." Bapak itu menujuk batu tempat mengulek bumbu.
"Adek berdua ada liat gak?" pak Rahman menatap keduanya bergantian.
Tawa Adara hampir pecah, tapi sebisa mungkin ia tahan. " Waduh, gak liat pak." Katanya.
"Kalau adek ini?" pak Rahman menatap Athaya.
"Sama pak, saya juga gak liat." Jawab Athaya, sepenuhnya berbohong.
Pak Rahman memicing curiga. "Masa sih gak liat?"
"Beneran pak saya gak liat." Bela nya.
"Terus itu apa yang kamu sembunyikan di belakang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Pembawa Jodoh 2
Short Storysequel Tasbih Pembawa Jodoh -di kala takdir menuntun mu pada ku-