Assalamu'alaikum, selamat pagi!
Siap untuk menuju end?
Buna mau kasih tau kalau bab cerita nya, hanya tinggal 3 lagi menuju end
📿📿📿
"Iya ma, insyaallah Zakil baik-baik saja kok."
"Pasti dong ma, Zakil akan jaga diri di sini dan segera pulang dengan selamat. Mama, jangan khawatir ya."
"Iya ma, waalaikumsalam."
Helaan nafas keluar dari bibir Zakil, saat panggilan telfon dari sang ibu terputus. Zakil, cukup dibuat heran dengan sikap Akila yang begitu sangat mengkhawatirkan nya.
"Kenapa, Zak?" tanya Azka, melihat wajah Zakil yang sedikit murung.
Zakil menggeleng kecil. "Biasalah, namanya juga orang tua, mama terlalu khawatir dan takut gue gak bisa jaga diri di sini. Jadi, ya gitu deh, mama sedikit ngasih ceramah nya pada gue."
"Oh." Balas Azka.
"Woy! Ini kapan nyampe nya sih. Astagfirullah! Ya Allah! Dari tadi jalan terus, lama-lama pegel juga nih kaki," keluhan itu keluar dari mulut Alzhaf, yang mulai merasakan lelah.
Saat ini kelima pemuda At-Tabligh memang sedang berjalan menyusuri jalan menuju pedesaan yang sepi dengan kiri dan kanan yang ditumbuhi rumput ilalang.
"Sabar. Bentar lagi juga bakal sampai kok," sahut Raynan.
"Diem lo, rayap! Dari tadi lo juga ngomong nya gitu, bentar lagi bakal sampai, tapi apa? gak sampai-sampai kan kita. Emang ya, omongan lelaki tuh gak ada yang bisa dipercaya." Ucap nya penuh kekesalan.
Raynan memberi tamparan di pipi Alzhaf. "Eh Jono! Lo juga laki-laki gobl*k."
"Nama gue Alzhaf, bukan Jono." Ucapnya tak terima.
"Nama gue juga Ray, terus kenapa lo panggil rayap?" balas Raynan, berkacak pinggang, dengan dagu terangkat seolah sedang menantang Alzhaf.
"Suka-suka gue lah."
Raynan mencibir. "Siki-siki gii lih."
"Yaudah gue juga gitu, suka-suka gue lah mau panggil lo apa." Lanjutnya.
"Lo-"
"Berisik woy!"
"Udah kenapa sih, kayak anak kecil aja kalian berdua." Kata Azka, melerai keduanya.
"Dia luan tuh." Alzhaf menunjuk Raynan, dengan mulut.
"Apa!? Jelas-jelas lo luan, ngapain nuduh gue."
"Yang bersuara anak setan." Celetuk Zakil, sedikit keras. Sehingga Alzhaf yang ingin bersuara mengurungkan niatnya.
Tanpa terasa mereka sudah sampai di tugu masuk yang bertuliskan 'selamat datang di desa rambutan'.
"Sejak kapan desa ini ganti nama?" tanya Alzhaf, dengan pandangan menatap ukiran di tugu.
"Kita salah desa?" tanya Raynan, menatap Athllah yang berdiri di sebelah kirinya.
"Tidak. Tapi," Athallah mengedarkan pandangan menatap sekeliling, "sepertinya desa ini ganti nama."
"Kenapa?" kompak Raynan dan Alzhaf, bertanya.
"Karena di desa ini banyak ditumbuhi pohon rambutan, mungkin karena itu mereka mengubah nama desa ini menjadi desa rambutan." Azka, mengeluarkan pendapat nya, dan di angguki oleh Athallah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Pembawa Jodoh 2
Storie brevisequel Tasbih Pembawa Jodoh -di kala takdir menuntun mu pada ku-