13. Cita-cita

390 53 17
                                    

Janlup berikan apresiasi kalian melalui vomen yah! Terimakasih❤

📿📿📿

Pagi hari di tempat pemakaman umum, seluruh keluarga Al-Kahfi sedang melakukan ziarah ke makam orang yang disayang.

Ada empat makam yang mereka kunjungi, kebetulan keempat makam itu pun terletak bersebelahan. Yaitu makam kiyai Umar, nyai Aminah, David dan Karin. Mereka merupakan kedua orang tua dari Alif dan Ayana.

"Ayah, mama, abi, umi, maaf ya kita jarang berkunjung. Kalian pasti kangen ya?" Ayana terkekeh kecil, tanpa terasa air matanya mulai luruh begitu saja.

Alif mengelus pundak Ayana. "Jangan bersedih lagi zaujati, saya yakin sekarang mereka sudah tenang di sisi Allah. Dan mari kita doakan saja mereka, semoga Allah menempatkan orang tua kita ditempat yang sebaik baiknya."

Alif pun memandang gundukan tanah dihadapan nya, ia teringat akan kepergian orang tua nya dan mertua nya. David meninggal saat Ayana masih mengandung si kembar, tak lama kemudian Karin pun meninggal akibat begitu tertampar atas kematian suaminya. Sedangkan kiyai Umar meninggal dunia ketika si kembar masih berumur tiga tahun, dan ketika si kembar menginjak usia lima tahun, nyai Aminah pun meninggal dunia.

📿📿📿

"Ayo makan semua nya makan, habisin aja jangan malu-malu. Anggap aja rumah sendiri," ujar Zakil, memasukkan cemilan kemulut nya, sedangkan Athallah sang pemilik rumah yang baru saja datang dengan membawakan hidangan tambahan hanya mendengus mendengar perkataan Zakil.

"Iya sih jangan malu-malu, tapi sayangnya lo yang malah malu-maluin." Cibir Alzhaf, menatap Zakil yang begitu antusias nya ketika mendapat banyak hidangan cemilan

"Betul tuh, padahal uang bapaknya banyak. Tapi dia malah bersikap seolah-olah menjadi orang yang tak berpunya." Azka menimpali, dan memasukkan kripik ke mulut nya.

Zakil berdecak. "Kalian tuh harusnya bersyukur karena gue udah ngajak kalian buat kumpul di rumah, Atha. Coba aja kalau kita nongkrong nya di kafe, ya mau tak mau pasti kalian bakalan ngeluarin duit kan? Nah, jadi mending disini, makanan nya banyak, gratis pula," ia tersenyum bangga, dan kembali makan.

"Bukan teman gue, serius." Kata Alzhaf, yang merasa malu mendengar perkataan Zakil.

"Iya kan Al, dia tuh sebenarnya siapa sih? Ngapain coba dia di sini." Sahut Azka, bertanya pada Alzhaf.

Zakil seketika menatap keduanya. "Wah parah sih parah, oke cukup tau aja gue kalau kalian begitu."

"Mulai sekarang kita berhenti jadi besplen, dengar gue gak? Kita putus. Jadi besplen," lanjutnya dengan tegas tepat dihadapan keduanya, sehingga membuat isi di mulut Zakil muncrat ke wajah Alzhaf dan Azka.

"Buset dah nih anak. Kagak ada akhlak lo emang," Azka sedikit bangkit dan menarik rambut Zakil sesaat.

"Aduh udah dong woy, entar rambut gue berantakan jadinya." Zakil menatap tajam pada, Azka.

"Ah elah bang, udah dong. Kita di sini  buat senang-senang, jadi jangan pada berantem." Lerai Abhizar.

Abhian mengangguk setuju. "Iya bang, apa yang udah dihidangkan di depan ini nikmati saja, habiskan juga gak papa."

"Nah dengar tuh lo berdua." Kata Zakil, pada Alzhaf dan Azka. Sedangkan keduanya hanya memutar bola matanya jengah.

"Semua nya lihat sini."Suara Raynan membuat mereka langsung menatap nya.

"Lo ngapain? Dan itu untuk apa?" tanya Zakil, melihat Raynan yang sedang meletakkan posisi tripod dan kamera ponsel mengarah pada mereka yang sedang duduk di teras rumah Al-Kahfi.

Tasbih Pembawa Jodoh 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang