اَلسَلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ
Bagaimana kabarnya para relifna?
Hari ini bukan bakal double up agar rindu dan penantian para relifna selama menunggu cerita ini up terbayarkan
Jangan lupa apresiasi cerita buna dengan votmen ya!
Happy Reading!
📿📿📿
Seorang laki-laki, bertubuh tinggi dan tegap berjalan di koridor sekolah dengan langkah tegas. Setiap kali ia melewati orang-orang, sebuah pujian dan rasa kagum lah yang terdengar oleh nya, wajah nya yang selalu datar dan terlihat dingin membuat keindahan parasnya kian bertambah.
Dia Athallah, laki-laki yang kini sudah menduduki kelas XII di SMA cukup terkenal di Bandung. Athallah membawa langkahnya menuju rooftop, tempat teman-temannya berkumpul.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam." Serempak ke-enam pemuda yang sedang bercanda tawa di rooftop menjawab, saat mendengar salam yang dilontarkan Athallah.
"Eh gus, kok baru dateng?" Seorang pemuda berkulit kuning langsat dengan rambut tertata rapi, mata kecoklatan yang menjadi daya tarik nya sendiri, Azka namanya.
Athallah mendudukkan diri di kursi usang yang berada di rooftop. "Habis bertemu Aya, dulu."
"Oke, karena lo udah datang. Kita bahas sekarang aja gimana?" tanya Zakil, laki-laki yang memiliki kulit putih dengan mata elang yang membuat dia terlihat galak dan jutek, padahal Zakil adalah laki-laki yang memiliki sifat yang ceria serta sikap jahil yang menjadi kebiasaannya.
Wajar saja, wajahnya yang terlihat tegas dan dingin itu sama dengan ayahnya - Zayden Apriliansyah, sedangkan sikap nya tentu mengikuti sang ibu - Akila Alfarizkia.
"Rencana apa, Zak?"
"Kan Atha, pernah bilang kalau kita akan pergi berdakwah ke tempat dimana dakwah orang tua kita pernah di tolak." Jawabnya. Sedang kan Alzhaf, laki-laki yang tadi bertanya kini mengangguk paham.
Tak jauh berbeda dengan Zakil, Alzhaf juga memiliki kulit yang putih, dengan wajah teduh yang membuat siapa saja melihat nya pasti akan tertarik.
Athallah berdeham, hingga membuat atensi semua orang menatap kearahnya. "Langsung saja, siapa saja yang mau ingin ikut pergi ke Desa Alam Asri untuk melakukan dakwah?"
Raynan menepuk pundak Athallah yang duduk disebelah nya. "Ya kita semua ikut dong, tapi lo udah tentukan tanggal kapan kita pergi, kan?"
"Sudah, hari minggu ini kita pergi." Beritahu nya.
"Bang?"
Athallah menoleh saat Abhizar memanggilnya. "Hm?"
"Abang yakin mau dakwah ke Desa itu, bukannya ayah udah pernah bilang kalau orang-orang di Desa Alam Asri tuh atheis. Jadi ... Bagaimana kalau misalnya dakwah abang pun ditolak oleh masyarakat di sana." Abhizar mengeluarkan pendapat, hingga membuat semua orang langsung terfikir dengan hal itu.
"Tidak apa, in sya allah semua akan berjalan dengan baik-baik saja. Lagipula itulah tujuan abang ingin berdakwah ke sana, abang ingin mereka segera berubah pikiran dan memeluk agama Islam." Jelas nya.
"Tapi bang. Sepertinya itu tidak mudah," sahut Abhian, memberikan pendapat.
Alzhaf menghela nafas. "Terus? Mau nya gimana? Masa iya kita harus nyerah duluan sebelum mencoba. Apapun resiko dan tantangannya, intinya kita tuh harus tetap menjalankan niat untuk berdakwah di Desa tersebut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Pembawa Jodoh 2
Contosequel Tasbih Pembawa Jodoh -di kala takdir menuntun mu pada ku-