1. Pernikahan Angga dan Aletta

46 10 86
                                    

"Ananda Anggara Vinandyto Sanjaya bin Hara Putra Sanjaya. Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak saya Aletta Aisha Ghifari dengan maskawin uang seratus juta rupiah dibayar tunai," kata Revan.

"Saya terima nikah dan kawinnya Aletta Aisha Ghifari binti Revandra Al Ghifari dengan maskawin tersebut dibayar tunai." Angga mengucapkan dengan lugas dan satu tarikan napas.

"Gimana para saksi sah?" tanya penghulu sambil menatap para saksi.

"Sah," jawab para saksi serempak.

Angga memandang Aletta, kemudian mengulurkan tangan. Aletta meraih tangan Angga dan menciumnya. Angga mengecup kening Aletta, lalu memasangkan cincin di jari manis Aletta, dan begitu pun sebaliknya.

**

Farel duduk di bangku khusus tamu. Ia meratapi Aletta dan Angga dari jauh, sorot matanya berkaca-kaca.

"Aku memang mencintai kamu tapi aku gagal menjadi orang yang kamu cinta. Aku harap kalian bahagia karena aku sudah mengalah demi kebahagiaan kalian," gumam Farel.

Farel menunduk, ia menarik napas dan membuangnya kasar. Dadanya terasa sesak dan lidahnya kelu hingga tak sanggup berucap apa pun.

"Farel ..." panggil seseorang.

Farel menengadah, melihat Aluna berdiri di sampingnya. Aluna duduk di sebelah Farel, lalu memberikan segelas es jeruk kepada Farel.

"Minum dulu. Kamu pasti sedih lihat Aletta nikah sama Angga," kata Aluna.

"Nggak," bantah Farel.

"Nggak salah lagi," sahut Aluna.

Farel tersenyum tipis, menerima gelas dan meminum es jeruk tersebut. Farel meletakan gelas, kemudian kembali memandang Aletta yang sudah duduk di pelaminan bersama Angga.

"Kamu udah kenal sama Aletta dari kapan?" tanya Aluna.

"Dari SD," jawab Farel.

"Ternyata lama banget ya. Kirain baru ketemu," tutur Aluna.

"Aletta itu cinta pertama gue dan sahabat cewek satu-satunya. Gue selalu ceritain apa pun ke Aletta termasuk masalah keluarga yang selalu gue tutupi," ungkap Farel.

"Aletta beruntung ya. Bisa dicintai sama kamu," kata Aluna.

"Itu sebanding sama kehidupan dia yang sering ketimpa kemalangan. Dari kecil dia mendapat perlakuan nggak adil dari keluarga Ayahnya terus dia divonis mengidap gagal ginjal dan dia sering di bully karena tubuh gendutnya," timpal Farel.

Aluna terpaku mendengar curhatan Farel, ia memahami perasaan Farel yang hancur karena ditinggal nikah.

"Jujur sebenarnya gue masih belum ikhlas Aletta nikah sama Angga karena Angga sering permainkan perasaan Aletta dan anggap Aletta bodoh tapi gue gagal bikin Aletta move-on dari Angga," tutur Farel.

"Angga seburuk itu di mata kamu dan teman-teman Aletta?" tanya Aluna.

"Bukan buruk lagi tapi buruk banget. Sayangnya Aletta nggak pernah sadar dan dia masih sering penasaran sama kehidupan Angga yang jelas-jelas nggak peduli sama kehidupan dia," jawab Farel dengan jujur.

"Terus kenapa kamu ngalah sama Angga?" tanya Aluna penasaran, lalu menggeser posisinya ke dekat Farel.

"Sebulan sebelum Angga lamar Aletta, Angga chat gue dan bilang kalau dia mau lamar Aletta. Tadinya gue nggak terima dan mau ribut sama Angga tapi gue ketemu amplop yang berisi surat tentang perasaan Aletta ke Angga dan banyak foto Angga. Mungkin Aletta lupa keluarin amplop itu dari buku album foto yang dia kasih buat gue," jawab Farel.

"Kamu sabar ya. Suatu saat kamu pasti dapat perempuan yang lebih baik dari Aletta," ujar Aluna.

"Sayangnya gue nggak mau buka hati dulu. Gue mau habiskan seluruh cinta buat Aletta," sahut Farel.

Farel termenung memandang ruang kosong, Aluna menepuk pundak Farel untuk menenangkan hati Farel.

"Woi Farel!" teriak Ryan. Membuyarkan lamunan Farel.

"Kenapa, nyet?" tanya Farel.

"Foto bareng lah. Ngapain bengong aja kayak orang bego," jawab Ryan.

"Iye bawel," sahut Farel.

Farel berdiri, lalu berjalan menuju pelaminan. Farel menaiki tangga pelaminan dan mendekati Aletta dan Angga yang berdiri di sana.

Farel berdiri di hadapan Angga, bersalaman dengan Angga.

"Selamat atas pernikahan kalian. Semoga langgeng tapi kalau nggak langgeng, gue siap tunggu jandanya Aletta," ucap Farel pada Angga.

"Yeuh enak aja. Langkahi dulu mayat gue," sahut Angga.

"Yaudah semoga lo cepet mati biar bisa gue langkahi," kata Farel.

"Anjing! Lo aja yang mati duluan," geram Angga.

Farel tertawa, lalu melewati Angga dan berdiri di hadapan Aletta.

"Hai cantik ... Gimana perasaan kamu? Seneng, kan? Semoga kamu langgeng sama si kodok ya. Kalau dia macam-macam, bilang ke aku nanti aku potong batangnya," ujar Farel.

"Makasih ya. Aku juga berharap kamu bisa dapat perempuan yang lebih baik dari aku," tutur Aletta.

"Nggak ada perempuan yang lebih baik dari kamu," sahut Farel.

Farel memandang wajah Aletta yang sangat cantik seperti seorang putri membuat jantungnya berdebar.

"Udah kali tatapnya nanti lo naksir sama istri gue," celetuk Angga.

"Bawel lo," cibir Farel.

"Udah, jangan ribut. Nanti diomongin sama tamu lain," ujar Danial.

Danial menarik lengan Farel dan menggeser posisi Farel ke samping Angga, kemudian Danial, Ryan, dan Gibran berdiri di sebelah Farel.

"Luna, ayo ikut!" teriak Rifa dan Lusi yang berdiri di samping Aletta.

Aluna menaiki pelaminan, lalu bersalaman dengan Angga dan Aletta.

"Selamat ya. Semoga langgeng sampai maut memisahkan," kata Aluna.

"Aamiin ... Makasih," sahut Aletta.

Aluna tersenyum, kemudian berdiri di samping Rifa dan Lusi.

"Udah siap?" tanya fotografer.

"Udah," jawab Danial.

Mereka berpose, sedangkan Angga merangkul bahu Aletta dan Aletta bersandar di lengan Angga. Tak lama kamera memotret mereka yang mengukir senyuman lebar.

Bintang Untuk FarelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang