6. Munculnya Teror

2 1 0
                                    

Aletta tengah menyiapkan bekal nasi untuk makan siang Angga di kantor, ia memasukan kotak itu ke tas Angga.

"Hari ini aku pulangnya lebih malam karena lembur di kantor. Nggak papa, kan?" tanya Angga pada Aletta.

"Iya, nggak papa. Kamu hati-hati pulangnya," ujar Aletta.

"Iya sayang," sahut Angga.

Aletta mencium punggung tangan Angga, sedangkan Angga mengusap kepala Aletta lalu mengecupnya. Angga berjalan keluar rumah lalu menaiki motor kesayangannya, ia melambaikan tangan ke arah Aletta kemudian menjalankan motornya.

Aletta meratapi Angga hingga menghilang dari pandangannya, ia masuk dalam dan menutup pintu.

Aletta kembali ke belakang untuk melanjutkan aktivitasnya sebagai Ibu rumah tangga, seperti mengepel, cuci piring hingga mencuci pakaian.

Tok, tok, tok.

Terdengar suara ketukan pintu dari depan, Aletta berjalan ke ruang depan dan membuka pintu.

Samar-samar Aletta mendengar suara ketukan pintu, ia berjalan keluar dan membuka pintu depan. Namun, tidak ada siapa pun di sana. Tiba-tiba kakinya menyenggol sebuah kotak yang diletakan di bawah pintu.

"Kotak apa nih?" gumam Aletta.

Aletta mengedarkan pandangan ke sekitar, mencari pengirim kotak itu yang mungkin belum pergi jauh.

"Nggak ada siapa-siapa tapi kenapa bisa ada kotak misterius di sini?" Aletta kembali bertanya, ia bingung harus melakukan apa. Tapi dia penasaran dengan isi kotak tersebut.

"Mungkin hadiah dari Kak Angga kali ya," batin Aletta.

Aletta mengambil kotak tersebut dan kembali masuk, ia menutup pintu kemudian duduk di sofa.

Aletta membuka penutup kotak, matanya terbelalak saat melihat foto Angga yang tertancap jarum besar.

"Apa maksudnya? Siapa yang kirim ini?" tanya Aletta.

Aletta menelan saliva, ia mengambil foto Angga dan menemukan secarik kertas putih. Aletta mengambil kertas itu dan membaca tulisan di kertas itu.

"Nyawa dibalas nyawa," ucap Aletta.

Aletta membuang kertas tersebut dan menoleh ke jendela, merasa ada seseorang yang mengintainya. Namun, tidak ada siapa pun di luar.

"Kak Angga musuhan sama siapa lagi ya?" tanya Aletta penasaran.

Aletta mengambil telepon genggaman dan hendak memencet nomer Angga tapi dia tidak jadi melakukannya karena takut mengganggu Angga.

"Gue tanya Haikal aja kali ya." Aletta bergumam, ia pun mencari nomer Haikal dan meneleponnya.

"Halo, Kal ..." kata Aletta.

"Halo juga, kenapa?" tanya Haikal.

"Angga musuhan sama siapa lagi?" tanya Aletta penasaran.

"Hah? Musuhan? Setahu gue musuh Bang Angga tuh cuma Farel. Itupun karena rebutan lo," jawab Haikal.

"Tapi Farel nggak mungkin kirim ancaman gini," sahut Aletta.

"Ancaman gimana?" tanya Haikal.

"Ada yang kirim kotak misterius. Pas gue buka isinya surat ancaman dan foto Angga ditusuk pakai jarum bedah," jawab Aletta jujur.

"Buset, serem banget. Terus sekarang lo di mana?" tanya Haikal.

"Gue di rumah," jawab Aletta.

Bintang Untuk FarelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang