Sejak kecil, Varius selalu di perlakukan kasar oleh ayahnya, yang bertujuan agar Varius selalu tetap siaga menghadapi masalah apapun. Namun bukan itu yang di inginkan Varius
***
Saat masih anak-anak dia sering mendapatkan perilaku kasar oleh sang ay...
Mohon untuk memperhatikanapa yang di baca, sesuai genreyang di inginkan!
Jika tidak suka dengan cerita ini, mohon tinggalkan saja🪸
Dan jika ada yang ingin di sampaikan, atau ada yang salah dari alur cerita ini, mohon kirim kan pesan kepada Maggie!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
By : sheeranamaggie
SUARA tepukan yang panjang dan bergema penuh rasa senang dan penghargaan, setelah sang panitia menyebutkan nama murid yang mendapatkan juara. Lomba Sains internasional.
Para orang tua yang menyambut putra-putri kebanggaan mereka dan saat di atas panggung, di beri hadiah sejumlah uang tidak lupa dengan piala dan sertifikat. Namun ada seseorang yang sepertinya ia tidak puas dengan hasil yang ia dapatkan, walaupun ia sudah berusaha semaksimal yang ia bisa, semua kemampuannya ia keluarnya hanya untuk lomba ini.
Rasanya perjuangannya sangat sia-sia. Menjadi juara dipertengahan sang beruntung dan sang pemenang? Apa untungnya mendapatkan juara diposisi tengah?
"Apa ini? bagaimana bisa aku mendapatkan juara 2?! Ayah akan marah jika mengetahui hal ini" Keluh ku dipikiranku, aku tidak menyangka, semua perjuangan yang ku lakukan. Dan hasilnya seperti ini? mengecewakan sekali, aku sudah mengecewakan diriku. Dan bahkan ayahku.
"Beri tepuk tangan yang meriah, kepada Ananda Varius Wandistka, meraih juara ke 2, dalam perlombaan ini" Ucap Panitia dengan penuh semangat, dan aku hanya mengangguk tersenyum tipis saat seorang dari kedinasan memberikanku. Piala. Medali. Sertifikat yang bertuliskan namaku, serta urutan kejuaraan yang ku raih.
Aku mencium punggung tangan Bapak kedinasan itu, tidak lupa juga tersenyum tipis dan mengucapkan 'Terimakasih' meskipun aku tidak senang dengan hasil yang ku dapatkan.
Saat aku melirik kearah si juara 1, melihat senyuman bahagianya, terlihat betapa bahagianya mendapatkan juara pertama dari 100 peserta. Perlahan mataku melirik kearah si juara 3, dia menangis sambil tersenyum. Kenapa? apakah juara ketiga sangat berarti bagi nya? itu kah yang dia pikirkan? atau mungkin dia bersyukur atas apa yang sudah dia dapatkan?
Namun hanya aku saja yang menunjukkan senyuman kosong ku ini, juara 2 yang ku dapatkan, bagaikan debu yang ku raih. Bagaimana bisa?! Perjuangan ku selama sebulan penuh, hanya mendapatkan hasil seperti ini?! apakah aku kurang giat dalam belajar? atau zat ku berbeda jauh dari si juara pertama?!!
Itulah hal-hal yang masih terngiang-ngiang di kepalaku, sungguh itu menyakitkan.
Aku tidak tahu, apa yang akan kudapatkan dari ayahku, saat aku sudah sampai di rumah, jika dia mengetahui aku membawa pulang piala bertuliskan Juara II.