CHAPTER 19: Malam di pantai

33 12 0
                                    

Perlahan aku tersenyum menatapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlahan aku tersenyum menatapnya. "Jangan khawatir, aku baik-baik saja, hanya kelelahan" jawabku dan memegang jari lentiknya yang berada dibahuku. Lembut dan hangat.

"Aku melihatmu dari jendela rumah nenek, kau menari begitu indah dan anggun"

"Aku penasaran, karena itulah aku berlari kemari"

Jelasku panjang kepada nya. Lalu dia tertawa lagi.

"Jadi itu kau? Ku kira sebuah manekin"

Cahaya lampu jalan dan kendaraan memantul dipermukaan jalan yang basah, menciptakan kilauan yang seperti malaikat cahaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cahaya lampu jalan dan kendaraan memantul dipermukaan jalan yang basah, menciptakan kilauan yang seperti malaikat cahaya. Lalu lalang para kendaraan dijalan raya yang penuh akan rintik hujan.

Suara butiran air hujan yang mengenai kaca mobil, terasa familiar dan dibersihkan oleh wiper setiap air membuat jejak embun disana.

Lampu rambu lalu lintas yang bergerak secara otomatis, menciptakan suasana yang aman bagi mereka yang menaatinya.

"Tidak ada rapat untuk hari ini, dan hari seterusnya" Ucapku geram, dari ponselnya. Tangan kirinya yang menggenggam erat setir mobil, meskipun saat ini lampu rambu lalu lintas sedang berwarna merah.

Tapi keinginanny untuk menginjak gas, itu meluap didalam dirinya.

Wanita cantik disebelahnya hanya terdiam, sembari menatapnya bingung.

"Kau yakin? Itu proyek yang cukup besar, ini pertama kalinya kau menolak rapat untuk proyek itu"

"Aku ingin menjemput putraku, tidak ada yang boleh menggangguku"

Perkataanku membuat nya itu terkejut. Apa dia serius?! Bukankah dia itu orang tua yang jahat, sering menyiksa anaknya sendiri?!

"Untuk apa kau menjemputnya?" Tanya wanita itu tiba-tiba, membuatku seketika geram. Kenapa wanita banyak sekali bertanya?

"Tentu saja karena aku seorang ayah!" Teriakku kepadanya, dengan raut wajahnya yang memerah akan marah.

"Jadi, kau masih mempunyai hati nurani, setelah menyiksa dia berkali-kali?"

Demi apapun aku tidak menyangka, bahwa dia bisa berkata seperti itu. Memang ada sedikit benarnya, namun seorang ayah tetaplah menjadi ayah. Dimanapun anaknya berada, ayah akan selalu berada di sisi sang anak.

Menyakitinya? Aku tidak membuatnya sakit, aku hanya memberikannya pelajaran. Agar dia tidak mengulanginya lagi.

Dimalam yang sunyi, tawanan menggemparkan hatiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dimalam yang sunyi, tawanan menggemparkan hatiku. Bukan tertawa diatas kekurangan siapapun, ataupun kesenangan dikesempitan.

Tapi tawanan sungguh melodi yang sangat menenangkan, mulai dari matanya yang menyipit dan jari lentiknya menutupi bibirnya, yang sedang terbuka lebar, sungguh anggun.

"Aku melihatmu sebelum kau melihatku"

"Dan kau hanya diam tidak bergerak, jadi aku mengira manekin" katanya sembari cekikikan pelan, entah sampai kapan cekikikan itu akan berhenti.

Aku menghela nafas, lelah melihatnya yang terus tertawa mengejekku, bukan mengejek tapi mungkin menurutnya itu lucu.

"Sudah cukup, hentikan itu" keluhku kepadanya, meskipun aku suka cara tertawanya. Tapi jika cukup lama mendengarnya, sedikit menjengkelkan.

Dia tersenyum dan telapak tangan hangatnya secara tiba-tiba saja, mengelus rambutku dengan perlahan. Huh?! Apa ini?.. Jantungku berdetak kencang, tidak bisa berhenti.

"Varius..wajahmu kenapa memerah?" Tanyanya bingung, melihat raut wajahnya yang kebingungan, membuatku semakin malu dan gugup.

"Itu salahmu!" Pekikku kesal, sembari menepis lengannya menjauh dari kepalaku.

"Kenapa? Kau tidak suka jika kepalamu ku elus seperti itu?"

"Bukan itu maksud ku!!"

Akh terdiam kesal menatapnya, wajahku yang masih memerah karena malu, entah bagaimana caranya menahan ekspresi seperti ini. Terutama melihat wajah kebingungan nya.

Dia tertawa.

Lagi.

"Kau pasti malu" katanya, lalu mulai mengacak-ngacak rambutku, semakin keras sembari tertawa. Dia seperti menikmati ketidak nyaman ku disini.

"Hey! Faye hentikan!!"

Dia semakin membesarkan tawanya, dan tangannya semakin kencang mengacak rambutku.

"Manusia lucu sekali ya?"

Aku terdiam melihatnya bingung.

"Apa maksud mu?" Tanyaku menggenggam lengannya, memberhentikan pergerakan tangannya.

"Apa maksud mu?" Tanyaku menggenggam lengannya, memberhentikan pergerakan tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MEET YOU, AT THE SEA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang