CHAPTER 21 : Luka

32 12 0
                                    

Teriakan seorang pria bergema di pelabuhan yang sepi, setelah ia diberitahukan bahwa tiket kapal yang telah ia beli akan berangkat dikeesokan harinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Teriakan seorang pria bergema di pelabuhan yang sepi, setelah ia diberitahukan bahwa tiket kapal yang telah ia beli akan berangkat dikeesokan harinya.

"Sudahlah Yudho..ayo kita menginap dihotel saja, besok kita kembali kesini" ucap wanita cantik itu. Mencoba menenangkan pria yang bernama Yudho.

Wanita itu merasa kasihan melihat keadaan Yudho seperti itu, dia seakan hampir mirip dengan orang gila, akibat emosi nya yang tidak bisa dikontrol.

Yudho menutup wajahnya yang penuh keringat dengan telapak tangannya, perasaan lelah, khawatir dan amarah menggempur dirinya. Bahkan jantungnya berdetak sangat kencang, takut tiba-tiba saja berhenti seketika.

Berjalan diantara pepohonan yang tinggi dimalam hari yang sunyi dan gelap, hanya berfokus kepada satu cahaya yaitu, rembulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Berjalan diantara pepohonan yang tinggi dimalam hari yang sunyi dan gelap, hanya berfokus kepada satu cahaya yaitu, rembulan. Suara jangkrik bergema diantara pohon, bersembunyi dibalik dedaunan yang lembab ataupun didahan pohon.

Tidak pernah terpikirkan olehku, gadis cantik yang ketemu hari ini. Sudah mengantarku pulang untuk yang kedua kalinya.

Padahal sudah kuberitahu, aku bisa pulang sendiri kerumah nenek, hanya bergantung dimana posisi jendela kamarku, lalu aku berjalan mengikuti arah itu.

"Kapan kakimu akan sembuh?" Tanyanya memecahkan keheningan diantara kami, membicarakan suatu topik saat berjalan ditempat seram seperti ini, adalah pilihan yang tepat.

"Aku tidak tahu pasti" jawabku meliriknya, luka sayataj dan luka bakar mungkin akan sembuh hanya dalam 1 minggu atau mungkin lebih?

Lagipula saat aku terluka dulu, aku diobati secara rutin olehnya, dan sembuh.

"Apakah kau tidak tahu perkiraan waktunya?" Tanyanya lagi, membuatku bingung, memiringkan kepalaku menatapnya.

"Memangnya ada apa? Kau ingin mengobati kakiku?" Kataku dengan sedikit nada bercanda.

Dia terkekeh pelan dan menganggukan kepalanya dengan lucu "Tentu, aku bisa menyembuhkan nya dengan cepat"

Mendengar hal itu hanya menggelikan perutku saja, lagipula cepat itu secepat apa? Apakah sekali diberi obat seketika langsung sembuh? Mustahil.

"Luka tidak ada yang sembuh begitu cepat, percayalah"

"Ada, dan aku bisa menunjukkan nya kepadamu"

Bibirku terangkat sedikit, menatapnya dan mengangguk. "Baiklah.."

Faye hampir mirip dengan Mariam namun ia lebih cantik dan lembut, dibandingkan dengan Mariam.

Dulu, ayah jarang sekali pulang kerumah, saat umurku berusia 14 tahun. Dan aku tidak bisa setiap hari berada terus dirumah nenek, aku harus sekolah dan les matematika. Dan Mariam adalah saksi penyiksaan ku, dan orang pertama yang menyayangiku.

"Varius, jika kamu lelah, kakak bisa laporkan ayahmu ke polisis" Ucapnya, sembari mengoleskan obat oles ke luka memarku. Aku memang selalu berlagak kuat, setelah ayah menyiksa ku.

Kakak Mariam memang selalu menemaniku, dia yang selalu ada untukku. Tapi..itu tidak bertahan lama.

Setelah kakak Mariam bekerja disini selama 5 bulan, kejadian tak terduga menimpa dirinya.

Ia tewas mengenaskan didalam gudang, dengan pisau berada ditangan kanan nya. Dan akulah orang pertama yang melihat jasad nya.

Menurut polisi ada kejanggalan atas kematian kak Mariam, tapi dia hanya memberitahukan kepada Ayah. Aku disuruh diam dikamar, selama polisi menganalisi jasad kak Mariam.

Dulu ayah tidak begitu jahat kepadaku, ayah hanya memukulku disaat aku mendapatkan nilai jelek, dan tidak sesuai harapan nya. Tapi setelah kejadian ini..

Kesalahan sedikit yang kulakukan, selalu menjadi masalah besar untuknya.

Tapi melihat kak Mariam tergeletak dilantai dengan darah yang terus mengalir keluar, sungguh..menyenangkan.

"Kak Mariam..kau sangat cantik saat ini"

"Kenapa kau begitu khawatir dengan Varius?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kenapa kau begitu khawatir dengan Varius?"

"Bukankah biasanya kau selalu mengusirnya, jika dia berada didekatmu?"

Tanya wanita cantik itu, sembari merapihkan suraian halus rambut pirang nya.

Melihat Yudho yang terus hanya tertunduk, duduk diterima kasur. Karena saat ini mereka sudah berada dihotel bintang 2, yang tak jauh dari pelabuhan. Hanya untuk menjadi tempat tidur sementara, sebelum besok harus kembali ke pelabuhan.

"Aku hanya khawatir dengan perasaan bodohnya" katanya membaringkan, tubuhnya dikasur yang cukup empuk.

"Perasaan bodoh? Apa maksudmu?" Wanita itu duduk dikasur tepat disebelahnya, tubuhnya yang montok terbalut rapih dengan pajamas hangatnya.

"Perasaan bodoh? Apa maksudmu?" Wanita itu duduk dikasur tepat disebelahnya, tubuhnya yang montok terbalut rapih dengan pajamas hangatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MEET YOU, AT THE SEA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang