CHAPTER 11 : Pergi

48 19 1
                                    

By: sheeranamaggie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

By: sheeranamaggie






Suara langkah kaki kembali datang, bergema di dalam rumah yang sepi dan sunyi, hanya ada embusan angin yang menyerbu gorden. Bau semerbak tidak sedap berasal dari tubuhku, dengan enggan aku tidak membersihkan tubuhku dari kuman kuman yang menempel, apalagi darah di perban ku. Bau busuk darah kering berasal dari perban kotor ini.

Jika luka ini terkena air keran yang dingin, sudah di pastikan roh didalam tubuh ini, seakan melayang selama beberapa detik, urat-uratku ku kaku, terkejut dengan hawa dingin dari air keran.

Bahkan saat betadine, di jatuhkan ke luka bakar ini, aku seperti melihat malaikat pencabut nyawa. Sungguh sakit! Meskipun sudah berkali-kali ayah membuat luka seperti ini, dan betadine mengobatiku, tapi rasa sakit tetaplah sakit, terbiasa bukan berarti sudah kebal.

Aku tahu, suara langkah kaki. Perlahan namun pasti, suara itu bergema di lorong yang sepi. Ku pikir ayah akan pulang dimalam hari, tapi nyatanya siang ini ia sudah kembali, apakah dia akan mengecek kondisi ku? Atau hanya mengambil barang yang tertinggal?

Dengan enggan, aku mengabaikan suara itu, meskipun itu berbeda lantai, karena kesunyian. Suara langkah kakinya terdengar jelas dan bergema.

Suara teriakan dan cerita-cerita gosip, mengisi ruangan kelas, karena sudah tepat di jam makan siang, para murid mulai menyerbu kantin sekolah, mengikuti perintah dari cacing-cacing kelaparan diperut mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara teriakan dan cerita-cerita gosip, mengisi ruangan kelas, karena sudah tepat di jam makan siang, para murid mulai menyerbu kantin sekolah, mengikuti perintah dari cacing-cacing kelaparan diperut mereka.

Vara sedari tadi melamun cemberut, menatap bekalnya yang masih lengkap belum terjamah olehnya. Entah apa yang sedang ia pikirkan, sampai bekal makanan enaknya terlupakan, meskipun sudah berada didepan matanya.

"Vara..ayolah, jangan merasa sedih begitu, Varius pasti baik baik saja"

Kata Sina, mencoba membuat Vara tenang, sudah cukup lama Vara cemberut seperti itu.

"Tapi, aku khawatir sama dia"

"Nanti aku akan kerumahnya, menjenguknya" Kata Cikay secara tiba tiba, membuat Vara langsung tersenyum lebar, mood nya berubah seketika.

MEET YOU, AT THE SEA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang