CHAPTER 16: Nenek

35 16 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Dengan sigap aku berjalan mendekati nenek, lalu berlutut dihadapannya, memegang lututnya. Dengan air mataku yang mengalir dipipi memarku.

"Nenek.."

Nenek terkejut, dan langsung mengelus rambut hitamku Dengan lembut. "Astaga..cucuku Ius.." katanya lembut dengan terbata-bata.

"Kenapa tidak menelepon Nenek, kalau kau ingin kesini?"

Aku mendongak menatapnya, air bening terus mengalir dipipi ku, bibirku gemetar dan tanganku mencengkram erat lututnya. Aku tidak bisa berkata apapun, rasanya aku tiba-tiba saja terkecik.

"Ius.."

Tangan keriputnya menyentuh pipiku yang memar, mengelusnya dengan lembut, hangat..bibir keriputnya melengkung. Aku membenamkan wajahku kembali dipahanya, sambil terus terisak.

"Apakah kali ini kau membawa pacarmu?" Tanya nenek secara tiba-tiba, setelah ia melihat Faye masih berdiri tegak dibelakangku.

Aku menoleh kearah Faye, dan menggelengkan kepalaku. "Tidak..kami baru saja bertemu, dan dia membantu membawakan koperku"

Faye menganggukkan kepalanya, dengan bibir pink peach nya yang masih melengkung, memperlihatkan sedikit gigi putihnya.

"Iya nek! Aku Faye"

Nenek mengangguk dengan lembut. "Jadi begitu...kamu gadis yang cantik, Faye"

Memang..dia sangat cantik.

"Ius! Sebentar lagi makan malam akan siap" Teriak nenek dari lantai bawah, terdengar jelas aku yang sedang di kamar lantai atas, karena rumah ini sepenuhnya terbuat dari kayu, sudah pasti suara apapun akan terdengar jelas.

"Iya!"

Setelah Faye mengantarku kesini, dia pulang, aku tidak tahu dimana rumahnya. Tapi katanya dia akan kembali jika ada waktu luang.

Aku tidak tahu pasti, siapa dia sebenarnya, bahkan nenek saja bingung. Wajah Faye sangat asing didaerah ini.

Yang kusuka dari rumah ini, hanyalah jendela kamar yang langsung berhadapan dengan pantai, meskipun pantai lumayan jauh. Dari dari jendela terlihat cukup jelas.

Bahkan aroma dari kamar ini, sangat khas. Pasir pantai..

Dulu, aku sering bermain dipantai bersama nenek, aku berlari dan tertawa dipesisir pantai. Mungkin hanya neneklah yang tahu wajah bahagiaku.

MEET YOU, AT THE SEA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang