CHAPTER 24: Rahasia?

33 19 0
                                    

Aku duduk dikasur, terdiam menatap lantai dengan celanaku dibagian bawahnya sudah tergulung hingga memperlihatkan betisku, mengingat bekas luka yang sudah sembuh sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku duduk dikasur, terdiam menatap lantai dengan celanaku dibagian bawahnya sudah tergulung hingga memperlihatkan betisku, mengingat bekas luka yang sudah sembuh sempurna.

Merenungkan pikiranku setelah berdebat dengan nenek, tentang siluman itu, aku tidak menyangka nenek sangat yakin tentang adanya siluman itu.

Sedari tadi nenek terus menggerutu kesal dengan tangannya menggenggam erat lenganku, membuat kuku jarinya memutih. Aku dapat merasakan kulit keriputnya menekan kulitku, genggamannya sangat erat seakan seperti takut aku akan menghilang secara tiba-tiba. Mengingat umurnya yang sudah menginjak kepala 6.

"Kau tidak boleh kerumah itu lagi, ius" ucapnya dengan sedikit ada nada membentak dan perintah.

"Kau dengar itu?"

"Varius!" Timpalnya lagi menyebut namaku, tanpa nama yang diberikan olehnya, dengan membentak keras menyadarkanku dari lamunanku. Membuatku tersentak terkejut.

"Eh? Kenapa Memangnya?" Tanyaku penasaran.

"Tidak ada pertanyaan, itu perintah"

"Faye baik, dia membantuku mengobati luka ku" Jelasku, membuat langkah nenek terhenti dan melepaskan genggamannya dari lenganku.

"Dia..mengobatimu?" Tanyanya sembari menoleh, menatapku dengan raut wajah tidak percaya.

"Iya"

"Semua?...semua luka yang ada ditubuhmu?.."

"Iya?" Jawabku ragu.

"Semua luka yang berasal dari ayahmu?...sudah sembuh?.."

Tatapan nenek menajam menatapku dengan dalam, membuatku tidak berkutik sedikitpun. Perlahan dan gemetar bibirnya tersungging senyum kecut.

"Kau sudah kotor ius, nenek tidak percaya" Bentaknya dan menarik daun telingaku dengan keras, dan menyeretku menuju rumah.

Aku meringis dan berteriak, meminta ampun agar dilepaskan daun telingaku.

Langkah nenek berhenti didepan pintu, melepaskan daun telingaku yang sudah memerah. Dengan tangannya yang keriput dan gemetar ia mengeluarkan kunci rumah dan membuka pintu dengan kasar.

"Masuk ke kamarmu ius, jangan membantah" Protesnya sembari menaruh lampu lentera itu dimeja.

"Kenapa? Apakah nenek tidak suka dengan Faye?" Tanyaku serius dengan tanganku mengelus daun telingaku. Rasa sakit dan nyelekit masih menempel.

Perlahan nenek berjalan menuju sofa, langkah kakinya menghasilkan derit pendek dan cepat, ia duduk disofa tua yang sudah sedikit kusam.

"Nenek hanya menyelamatkan mu" jelasnya menoleh kearahku, dan menepuk sofa disebelahnya, mengundangku untuk duduk disebelahnya.

MEET YOU, AT THE SEA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang