Sejak kecil, Varius selalu di perlakukan kasar oleh ayahnya, yang bertujuan agar Varius selalu tetap siaga menghadapi masalah apapun. Namun bukan itu yang di inginkan Varius
***
Saat masih anak-anak dia sering mendapatkan perilaku kasar oleh sang ay...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku meninggalkan Faye sendirian dipantai hanya untuk memakan makan siang ku yang sudah dibuatkan oleh nenek, meskipun ini sudah menunjukkan pukul 16.44PM, ini tetap makan siang, bukan?
Nenek saat ini sedang berada ditempat kerjanya, mengubah air laut yang asin menjadi garam. Aku sudah menawarkan diriku untuk membantu, tapi nenek menolaknya dengan keras, menyuruhku untuk makan dan diam dirumah.
Jika sendirian dirumah tua ini, cukup menyeramkan, tidak ada suara apapun selain debur ombak dan detik jam. Aku duduk dikasurku dengan piring berisi nasi beserta sayur bayam didepanku.
Aku makan dengan lahap, sembari melihat ponselku, yang sudah tidak ku buka selama 1 hari sebelumnya. Benar saja, banyak notifikasi pesan yang muncul dari Cikay, Vara dan Sina, tidak lupa dengan wali kelasku juga yang menanyakan kabarku. Ini pertama kalinya aku bolos dalam, sampai begitunya kah mereka khawatir?
Atau hanya ikut-ikutan saja?
Aku tidak berani untuk membuka pesan dari mereka, ataupun membalas pesan mereka.
Aku menghabiskan makananku, lalu beranjak untuk menaruh piring kotor diwastafel sebelum mencucinya, menaruh piring yang sudah bersih dilemari piring, namun aku terkejut melihat sesuatu aneh dipojokan lemari itu. Saat aku mengambil sesuatu aneh itu, membuatku terdiam membeku.
"Pindad g2"
Aku membeku dan tanganku gemetar memegang pistol ini, bingung harus berbuat apa, menaruhnya kembali dan menganggap tidak menemukan apapun, atau mengambil dan menyimpannya? Lagipula..ini punya kakek, kan? Tidak mungkin ini milik nenek.
Tapi, apakah ini ada peluru nya?
Aku berjalan menuju meja makan dengan cepat, lalu mencoba untuk mengeluarkan isi dari pistol itu, dan benar saja ada beberapa peluru yang masih tersimpan.
"Penemuan yang berharga..tidak mungkin aku membiarkannya begitu saja, kan?"
Kataku pelan kepada diriku sendiri dengan bibirku yang melengkung perlahan, memperlihatkan deretan gigi putihku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langkah pertama menginjakkan kaki dipelabuhan Arzahinia, tempat yang ramai dengan para nelayan dan para wisatawan yang baru saja tiba.
Ini seperti aku mengulang moment terindah bersama istriku, datang kepulauan Arzahinia dengan dia yang masih mengandung Varius, tersenyum manis. Sial..itu sangatindah bukan?
"Wow..keren, ini kampung halaman mu?" Tanya Helen, menggenggam erat telapak tanganku. Memperhatikan sekitar, warga yang sibuk dengan kesibukan mereka, menawarkan oleh-oleh dan ikan yang baru saja ditangkap.
"Bukan, ini kampung halaman istriku" Jawabku dan menarik tangannya, berjalan bersama menyusuri pelabuhan. Mencari tumpangan untuk dinaiki.
Aku melihat delman yang sendirian, memutuskan untuk menaiki delman itu. "Kita akan naik ini" kataku sambil menggenggam tangan Helen.
"DELMAN?! SERIUS?"
"Tidak ada ojek? Ataupun gocar?"
Oceh Helen terkejut dengan ajakanku.
Pak kusir pemilik delman itu tersenyum ramah. "Mau? Ayo silahkan naik" ajaknya, menuntunku untuk naik dengan Helen yang memeluk lenganku dengan takut.
"Ke Gang Bruhia, ya pak"
"Oh, siap bos"
Jawab pak kusir, dan dia mulai menggerakkan kuda itu. "Disini masih asri, tidak ada kendaraan" jelasku kepada Helen, agar ketakutan nya sedikit mereda.
"Kenapa kau tidak bilang? Aku malu memakai baju seksi seperti ini"
Aku cekikikan meliriknya, memang benar dia hanya memakai dress ketat dan pendek sepaha, memperlihatkan jelas kaki panjang mulusnya.
"Gang Buhria itu tempat tinggal istrimu?"
"Bruhia" jawabku singkat.
"Oh, iya apapun itu"
"Iya, kami bertemu disini, dan dia asli wanita cantik disini"
Helen terdiam menatapku dengan matanya yang sedikit menunjukkan rasa cemburu.
"Apakah dia secantik itu?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku disini ada tujuan, Varius" ucapnya tiba-tiba membuatku terkejut dan bingung. Setelah beberapa saat keheningan diantara kami, dia akhirnya mengangkat bicara.
"Tujuan? Apa maksudmu?"
Faye menoleh kearahku, menatapku dengan matanya yang mengkilap tajam. Seperti akan membicarakan hal yang sangat serius, hanya untuk berdua.
"Aku setengah ikan, mungkin bisa dibilang makhluk mitologi dipulau ini" Katanya membuat mataku membulat terkejut.
"Apakah kau dengar tentang siluman? Itulah aku, julukanku disini"
Aku membeku menatapnya, tidak tahu harus beraksi apa, baru semalam nenek memberitahukanku tentang siluman yang awalnya aku tidak menerima jikalau Faye dituduh siluman, dan dia sekarang berkata jujur kepadaku.
"Kau benar-benar siluman itu? Lalu apa tujuanmu?"
Tanyaku bingung menatapnya, dengan ombak laut yang menghantam lembut kaki ramping nya.
"Ini"
Faye mengeluarkan kalung dari balik pakaian nya, dengan liontin batu yang separuh, tapi..aku seperti pernah melihat batu itu. Ukiran nya sama.
"Aku mencari patahan kalungku"
"Waktuku tidak banyak, jika aku tidak bisa mencari patahan batu ini, aku akan selamanya didaratan, dan mati"
Jelasnya membuat mataku kembali membulat, terkejut, bingung, gugup dan ragu. Mati? Hanya karena batu itu? Faye akan mati?