Part 9

365 51 56
                                    

Krist mendapatkan panggilan dari maid jika Singto sudah sadar sekarang, dia langsung bergegas pergi ke rumah sakit.

Saat Krist tiba di ruangan Singto di rawat, Krist melihat Singto sedang melamun.

"Sing..." Ucap Krist sehingga membuat Singto menatap ke arah Krist yang baru saja datang.

"Krist, dimana anak kita?" Tanya Singto saat melihat kedatangan Krist.

Krist memang meminta maid untuk tidak menjawab apa yang di tanyakan oleh Singto itu sebabnya Singto belum tahu tentang anaknya sekarang.

"Bagaimana keadaan mu?" Tanya Krist.

"Aku sudah baik-baik saja, Krist. Anak kita pasti sehat 'kan?" Ucap Singto.

Air mata menetes membasahi pipi Krist sehingga membuat Singto semakin bingung. Kenapa Krist menangis?

"Maafkan aku, anak kita sudah pergi, Sing" Lirih Krist.

"K-kamu pasti berbohong. Apa anak kita masuk inkubator karna dia belum cukup bulan untuk lahir? Pasti iya 'kan?" Ucap Singto sambil tersenyum.

"Maafkan aku..." Ucap Krist sambil memegang tangan Singto.

"Apa kamu membunuh anak kita!?" Ucap Singto sambil menarik tangannya dari genggaman Krist.

"Aku tak mungkin melakukan itu, Sing. D-dokter... D-dokter mengatakan bayi kita keracunan sejak dalam kandungan mu" Ucap Krist.

"Aku tak memakan atau meminum apapun yang aneh, Krist! Aku tak mungkin meracuni anak ku sendiri!!" Ucap Singto.

"Bukan kamu, tapi Namtan... Dia memasukan obat penggugur kandungan dengan dosis yang banyak--" Krist tak lagi melanjutkan ucapannya, rasanya benar-benar sakit mengatakan itu, begitu juga dengan Singto yang sangat terkejut mendengarnya.

Anaknya benar-benar sudah pergi sekarang? Air mata menetes membasahi pipi Singto, anak yang di jaganya dengan sangat baik kini sudah tidak ada lagi di perutnya dan semua itu di sebabkan oleh Namtan, kekasih suaminya sendiri. Apa ini yang di namakan pucak komedi dalam hidup?

"Pergi, Krist. Aku ingin sendiri" Ucap Singto sambil menatap ke sembarang arah.

Bahkan untuk menatap Krist saja rasanya Singto malas.

"Maafkan aku" Lirih Krist.

"Aku tahu kamu tak pernah mau menerima pernikahan kita Krist, tapi kenapa harus bayi yang tidak bersalah itu yang menjadi korban? Kita membuatnya hadir karna kesalahan kita berdua, dan sekarang dia pergi sebelum merasakan kehangatan dari kedua orang tuanya. Aku bingung harus bereaksi bagaimana lagi sekarang" Ucap Singto sambil menghapus air matanya.

Singto sangat ingin mengamuk dan memukul Krist, tapi tubuhnya masih sangat lemah, rasanya benar-benar sakit saat mengingat anaknya sudah tidak ada lagi, tapi apa yang bisa Singto lakukan selain pasrah? Dia mengamuk, memukul Krist juga tidak akan membuat anaknya kembali lagi dalam perutnya.

"Pergi, Krist. Aku tak ingin melihat wajah mu" Ucap Singto.

"Baiklah, maafkan aku, Sing. Beristirahatlah" Ucap Krist, kemudian dia berjalan pergi dari sana.

Saat Krist membuka pintu, dia melihat Korn dan mamanya yang baru saja datang.

"Mau kemana lagi kamu!" Tanya Korn datar.

"Singto mengusir ku" Ucap Krist.

Korn hanya diam, dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan Singto, sedangkan Krist keluar dari sana.

Krist mengintip dari kaca pintu, di lihatnya Singto menangis sambil memeluk mamanya, Singto terlihat sangat hancur begitu juga dengan mamanya yang ikut menangis melihat Singto menangis histeris.

Closer To You ✓Where stories live. Discover now