Part 11

314 43 36
                                    

Baru saja Krist keluar dari mobilnya namun dia di paksa masuk kembali oleh Off dan Poon yang kini menghampirinya. Off masuk ke kursi depan sedangkan Poon di kursi belakang sekarang.

"Ada apa dengan kalian!?" Ucap Krist kesal.

Krist memang baru saja tiba di parkiran kampus, tapi sepertinya Off dan Poon tak akan membiarkannya masuk kelas hari ini.

"Krist, apa kamu sudah mendengar berita itu!?" Ucap Off.

"Apa?" Ucap Krist bingung.

"Papa Namtan membuat laporan tentang kehilangan anaknya! Bersiaplah, kamu akan di panggil polisi untuk di interogasi nanti!" Ucap Off.

"Kenapa aku?" Ucap Krist.

"Bukankah kamu kekasih Namtan?" Ucap Off.

"Apa papa Namtan mencurigai ku?" Tanya Krist.

"Tidak, hanya saja polisi akan memanggil mu karna kamu kekasihnya, bukan karna mencurigai kamu dalang di balik hilangnya Namtan" Ucap Off.

"Oh" Gumam Krist.

Beruntung sebelum mereka membawa Namtan mereka sudah melenyapkan semua barang bukti, menghapus rekaman cctv di lobi hotel, dan lorong hotel, juga cctv di depan rumah Namtan dan di ruang tamu rumah Namtan. Jadi papa Namtan tidak akan tahu hari terakhir Namtan terlihat dia pergi bersama Krist.

Krist mencoba mengingat-ingat apa dia meninggalkan jejak lainnya? Sepertinya tidak, itu artinya dia akan aman 'kan?

"Bagaimana keadaan Namtan?" Tanya Poon.

"Ku pikir dia hampir gila sekarang" Ucap krist sambil tersenyum sinis.

Krist memberikan ponselnya pada Poon, Poon melihat video Namtan menangis sambil memeluk tubuhnya sendiri, dia terlihat sangat frustasi di dalam video itu.

"Apa kamu tak kasian melihatnya, Krist?" Ucap Poon. Entah kenapa Poon merasa iba melihat video itu.

"Lebih kasian aku yang kehilangan anak ku, Singto juga terus meminta cerai pada ku sekarang" Ucap Krist.

Krist memang sudah menceritakan alasan dia melakukan itu pada Namtan karna Off pernah bertanya, Poon dan Off tentu terkejut mendengar cerita Krist yang ternyata dia sudah menikah dengan Singto, dan Singto hamil anaknya, kemudian Namtan membuat Singto melahirkan sebelum waktunya.

"Bukankah kamu mengatakan kamu tak mencintai Singto, huh!" Ucap Off geram.

"Aku mencintainya sekarang" Gumam Krist.



***
Di tempat lain saat ini, Korn menyimpan ponselnya di atas meja kerjanya, dia baru saja melihat berita yang sedang viral di sosial media, berita tentang menghilangnya Namtan, padahal Korn belum sempat membuat laporan pada polisi tentang kejahatan Namtan, tapi Namtan sudah hilang lebih dulu, rasanya Korn benar-benar kesal mendengar berita itu.

"Tuan, 10 menit lagi meeting akan di mulai" Ucap seorang pria yang baru saja masuk ke dalam ruangan Korn.

"Kenapa tak mengetuk pintu lebih dulu! Bukankah tak sopan masuk ke ruangan orang sembarangan!!" Ucap Korn marah.

"Maafkan aku" Lirih pria itu.

Korn hanya diam tak menanggapi, dia beranjak dari duduknya dan berjalan keluar dari ruangannya dengan diikuti oleh sekertarisnya dari belakang.

"Weir?" Ucap Korn sembari menatap ke belakang.

"Ya, tuan" Ucap Weir sambil tersenyum manis. Weir adalah sekertaris Korn.

"Ada yang tertinggal di ruangan ku, aku akan mengambilnya sebentar" Ucap Korn.

Weir mengangguk dan melanjutkan langkahnya berjalan ke ruang meeting.

Hampir 1 jam berada di ruang meeting, sekarang meeting telah berakhir, satu persatu dari mereka mulai keluar dari ruangan sedangkan Korn masih duduk di kursi kebesarannya sambil memainkan ponselnya sekarang.

"Tuan" Ucap Weir.

Weir menyentuh tangan Korn membuat Korn langsung menepis tangan Weir.

Korn beranjak dari duduknya dan memilih untuk pergi dari sana sebelum dia di buat semakin gila oleh sekertarisnya.

Ya, Korn juga bingung kenapa dia mempunyai sekertaris spek jalang seperti Weir, dan itu memang bukan kali pertama Weir mencoba untuk merayunya.

Korn sangat tidak menyukai Weir! Tapi dia masih membutuhkan Weir sebagai sekertarisnya karna kinerja Weir memang sangat bagus terlepas dari sifat nakalnya. Apa lagi Weir seorang duda. Ya, Weir pernah menikah namun hanya 3 bulan pernikahannya, dia sudah bercerai dengan suaminya. Korn pikir dia tidak selevel dengan Weir, Korn bahkan belum pernah berpacaran sebelumnya, dia tentu menolak keras bekas orang 'kan? Kecuali Singto!

Weir meremas tangannya sambil menatap pintu keluar, sudah 3 tahun dia menjadi sekertaris Korn namun dia belum juga berhasil meluluhkan pria dingin itu. Semua orang memang tahu Korn sedikit dingin dan juga arrogant, sehingga tak ada yang berani menggodanya kecuali Weir yang memang tak punya urat malu. Weir tentu tak akan berhenti sebelum dia berhasil memiliki Korn.

Weir beranjak dari duduknya berjalan sedikit cepat menyusul atasannya itu.

"Tuan" Ucap Weir saat Korn membuka pintu ruangannya.

Weir ikut masuk sehingga membuat Korn menatap jengah pada Weir.

"Apa tuan membutuhkan sesuatu?" Tanya Weir sambil memainkan kemeja putih Korn.

"Tidak!"

"Sesuatu, mungkin?" Tanya Weir.

Weir bingung kenapa Korn sangat kuat menahan godaan.

"Apa sebenarnya milik tuan tak bisa berdiri?" Ucap Weir sambil meraba bagian bawah Korn.

Korn mengangkat tangannya ingin memukul Weir sehingga membuat Weir terkejut, melihat ekspresi ketakutan dari wajah Weir, Korn mengurungkan niatnya.

"Keluar dari ruangan ku" Ucap Korn dingin.

"B-baik" Ucap Weir, dia langsung keluar dari ruangan Korn sebelum benar-benar di pukul oleh Korn.

Weir tak menyangka jika Korn akan mengangkat tangannya dengan mudah, selama 3 tahun menjadi sekertaris Korn ini memang kali pertama Weir melihat Korn terlihat sangat marah padanya, biasanya pria itu hanya akan mengabaikannya dan bersikap dingin padanya.

"Shit! Apa yang harus ku lakukan untuk membuat pria dingin itu bertekuk lutut pada ku!" Ucap Weir frustasi.

*****
Jam 3 sore Krist pulang ke rumah, tujuan pertamanya adalah kamar tamu, tempat Singto tidur. Krist membuka pintu kamarnya sehingga membuat Singto melihat siapa yang baru datang.

"Sing..." Ucap Krist.

"Pergi, Krist!!" Ucap Singto.

"Aku hanya ingin bertemu kamu" Ucap Krist.

"Aku ingin sendiri" Lirih Singto.

"Sampai kapan, Sing? Bukankah kita memang harus bicara" Ucap Krist.

"Tak ada yang harus di bicarakan" Ucap Singto.

"Sing, ku mohon, jangan seperti ini" Ucap Krist sedih.

"Ceraikan aku, Krist" Ucap Singto.

"Sampai kapan pun tak akan pernah, Sing" Ucap Krist, kemudian dia memilih untuk keluar dari kamar Singto.

×××
Korn mengemasi pekerjaannya, dan menutup laptopnya, setelah semuanya rapi, Korn berjalan keluar dari ruangannya.

"Apa tuan ingin pulang?" Ucap Weir yang tiba-tiba berada di samping Korn.

"Hmm"

"Apa aku boleh minta di antar pulang? Mobil ku sedang masuk bengkel sekarang" Ucap Weir.

"Setidaknya tahu batasan, aku atasan mu disini" Ucap Korn sinis sambil berjalan sedikit cepat meninggalkan Weir.

Weir hanya menatap punggung Korn yang semakin jauh meninggalkannya.













Tbc.

Closer To You ✓Where stories live. Discover now