Pesta pernikahan berjalan dengan lancar, satu persatu tamu undangan mulai pulang, termasuk mama Weir dan keluarganya, menyisakan beberapa kerabat dekat yang masih betah berada di tempat acara.
Tangan Korn sejak tadi melingkar di pinggang Weir, tersenyum menatap kamera wartawan yang terus mengambil foto mereka. Percayalah berita pernikahan Korn tak akan hilang dalam 3 hari ke depan.
"Dimana Krist?" Dari sekian banyak para tamu undangan yang datang baru sekarang mereka mendengar pertanyaan itu.
"Melanjutkan kuliahnya di luar negri" Ucap Tuan Edward.
Korn dan Weir memilih untuk diam, membiarkan papa mereka mengarang cerita tentang Krist. Papa Edward memang sengaja menyembunyikan tentang Krist yang masuk penjara, apa lagi tentang kembalinya Namtan tidak di ketahui oleh banyak orang, jadi tak ada juga yang tahu jika Krist pelaku di balik hilangnya Namtan.
"Apa kamu sudah lelah, Sing?" Tanya mama Anna pada Singto yang berdiri di sampingnya.
"Ya, ma" Ucap Singto.
"Siapa dia?"
"Namanya Singto, dia menantu kami, suami Krist" Ucap mama Anna.
"Oh, jadi kedua putra kalian sudah menikah sekarang?"
"Ya"
"Aku juga lelah, phi" Ucap Weir sembari menatap Korn.
Sejak tadi mereka terus berdiri, wajar saja jika Weir kelelahan, apa lagi dengan perut yang sangat besar.
"Sebaiknya kamu bawa Weir pulang, Korn" Ucap mama Anna.
Pesta memang sudah selesai, tapi masih ada beberapa tamu yang masih disana menikmati pesta sekedar untuk meminum wine.
"Sing, apa mau ikut pulang bersama kami?" Tanya Korn, melihat mama dan papanya masih asik bicara dengan rekan bisnis mereka, keduanya pasti masih belum ingin pulang.
"Tidak, aku akan menunggu mama, lagi pula kita tak searah" Ucap Singto.
Korn dan Weir memang akan pulang ke rumah mama Weir, itu permintaan Weir, dia belum siap jika harus meninggalkan mamanya sendiri dan beruntung Korn mengiyakan permintaan Weir itu, bagi Korn tak peduli mereka akan tinggal dimana, yang penting Weir merasa nyaman.
"Baiklah, kami pulang dulu" Ucap Korn.
"Ya, hati-hati"
Korn dan Weir berjalan keluar dari gedung, tiba di mobil Korn membukakan pintu mobil untuk Weir, setelah itu dia menjalankan mobilnya pergi dari sana.
Weir bernafas lega akhirnya dia bisa duduk, Korn tersenyum kecil melihat Weir dia menggenggam tangan Weir dan mengecup punggung tangannya.
"Aku ingin tidur" Ucap Weir.
"Ya" Ucap Korn.
Hampir 30 menit perjalanan akhirnya mobil Korn tiba di depan rumah Weir, Korn menatap ke samping, Weir masih betah terlelap, sepertinya dia benar-benar kelelahan, mengingat seharian ini mereka memang tidak beristirahat, jam 9 pagi tadi acara pemberkatan pernikahan, lalu di lanjut dari jam 3 sore sampai jam 11.30 malam baru pesta selesai, wajar jika Weir sangat kelelahan.
Korn mengusap pipi Weir dengan lembut membangunkan Weir dari tidurnya.
"Kita sudah sampai" Ucap Korn saat melihat Weir membuka matanya.
Weir menguap Kemudian keduanya keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah.
Tiba di kamar Weir langsung masuk ke kamar mandi membersihkan dirinya, sedangkan Korn melepas tuxedo yang di kenakannya menyisakan kaos putih dan celana pendek yang di pakainya, Korn duduk di tepi ranjang menunggu Weir selesai mandi.
Pintu kamar mandi terbuka, Weir keluar dengan menggunakan bathrobe.
"Sebaiknya phi mandi sekarang" Ucap Weir.
Korn memegang tangan Weir dan menuntut Weir agar duduk di sampingnya, dia mengusap perut besar Weir, kemudian mengecupnya singkat.
"Apa anak daddy lelah?" Bisik Korn.
"Iya" Ucap Weir.
"Mereka mengatakan tidak" Ucap Korn sambil menatap Weir.
"Aku yang lelah, phi!" Ucap Weir sambil cemberut.
"Bukankah ini malam pertama kita?" Ucap Korn dengan wajah mesumnya.
"Tak ada malam pertama, phi, bukankah hasilnya sudah terlihat?" Ucap Weir sembari mengusap perutnya.
"Huh, ya, baiklah. Beristirahatlah" Ucap Korn.
Korn beranjak dari duduknya berjalan ke kamar mandi, beberapa menit di kamar mandi kini Korn keluar, di lihatnya Weir sudah tertidur di atas ranjang, dia bahkan belum memakai pakaiannya.
Korn melepas bathrobe yang di kenakan Weir agar dia tak masuk angin tidur dengan bathrobe yang basah, setelah itu Korn menutup tubuh polosnya menggunakan selimut tebal.
****
Krist menghisap rokoknya dengan tatapan kosong, tak jauh darinya ada makanan dan minuman yang di abaikannya sejak tadi, Krist lebih tertarik menghisap satu bungkus rokok yang tergeletak di sampingnya, rokok itu di curinya dari penjaga sel yang membawakan makanan untuknya.Krist menikmati asap rokok sambil memejamkan matanya, memikirkan bagaimana nasibnya kedepannya, dan selalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri, kenapa orang tuanya tidak pernah menjenguknya?
Pintu sel di buka sehingga membuat Krist menatap ke arah sana.
"Ayo ikut kami" Ucap beberapa orang yang datang menggunakan seragam hitam.
"Siapa kalian!?" Ucap Krist.
Krist di tarik paksa agar keluar dari penjara, Krist mencoba berontak dan menarik tangannya namun tengkuk lehernya di pukul sehingga membuat pandangan mata Krist gelap, lalu dia pingsan.
Tbc 👻
YOU ARE READING
Closer To You ✓
FanfictionKrist tahu betul dia sudah sangat keterlaluan, dan penyesalan memang selalu datang di akhir, dulu dia di cintai dengan hebat oleh Singto, sekarang Singto mati rasa karna ulahnya, di tambah dia harus bersaingan dengan saudaranya sendiri demi mendapat...