"Apa kamu mau pergi bersama ku?" Ucap Korn pada Singto sehingga menyadarkan Singto dari lamunannya.
Sejak tadi Singto memang melamun, dia sedang duduk di gazebo belakang rumah sekarang.
"Apa phi tak bekerja?" Tanya Singto.
"Ini hari minggu, aku tentu tak bekerja" Ucap Korn.
"Oh..."
"Bagaimana? Apa kamu mau pergi bersama ku?" Tanya Korn.
"Tidak" Ucap Singto.
"Tapi aku ingin pergi bersama mu, ayo ke pantai" Ucap Korn.
Korn kasian melihat Singto hanya berdiam diri di rumah, itu sebabnya Korn mengajak Singto pergi, berharap Singto bisa sedikit terhibur dan melupakan kesedihannya karna kehilangan anaknya.
"Baiklah" Ucap Singto setelah lama terdiam.
Singto tak ingin terlalu larut dalam kesedihannya itu sebabnya dia mengiyakan ajakan Korn.
Korn dan Singto beranjak pergi dari sana, di ruang tamu mereka melihat papa Edward sedang bicara dengan Krist.
"Apa kamu di tangkap polisi karna balapan liar lagi, Krist!!" Tanya papa Edward marah.
Papa Edward memang baru mendengar Krist di panggil oleh polisi kemarin, itu sebabnya sekarang dia mengintrogasi anaknya.
"Polisi hanya meminta keterangan ku karna Namtan tiba-tiba hilang, pa" Ucap Krist.
"Lalu bagaimana kelanjutan kasus itu? Aku tak percaya Namtan hilang, dia pasti melarikan diri agar tidak ku laporkan ke polisi!" Ucap Korn.
"Dia benar-benar hilang, phi" Ucap Krist.
"Baguslah" Ucap Korn.
"Ayo phi" Ucap Singto.
"Mau kemana?" Tanya Krist.
"Aku ijin membawa Singto keluar Krist, kasian dia terus berada di rumah" Ucap Korn.
"Tidak boleh! Jika kamu ingin keluar setidaknya pergi bersama ku, Sing! Bukan bersama phi Korn!" Ucap Krist.
"Biarkan saja, Krist. Untuk kali ini saja" Ucap mama Anna.
"T-tapi ma--"
"Ayo pergi" Ucap Korn sambil menggandeng tangan Singto membawanya keluar dari rumah.
"Ma, apa itu pantas? Aku suaminya disini!" Ucap Krist pada mamanya.
"Phi mu hanya berusaha untuk menghibur Singto, biarkan saja" Ucap mama Anna.
"Aku akan mengikuti mereka" Ucap Krist.
"Krist!" Ucap papa Edward.
"T-tapi, pa. Bagaimana jika nanti mereka melakukan sesuatu yang terlarang?" Ucap Krist.
"Korn tak akan melakukan itu, dia hanya menganggap Singto adik iparnya, jangan khawatir" Ucap mama Anna.
"Tapi phi Korn juga pria, ma. Apa ada pria yang bisa di percaya? Apa lagi Singto sangat manis, bisa saja nanti--"
"Cukup!" Potong mama Anna kemudian dia langsung pergi dari sana.
2 jam perjalanan akhirnya mobil Korn tiba di sebuah pantai, Singto tersenyum kecil melihat keindahan pantai di hadapannya, Korn dan Singto berjalan ke pinggir pantai.
Korn tersenyum menatap senyum manis Singto, ini kali pertama Singto tersenyum setelah kejadian itu, dia benar-benar bahagia melihat itu.
Singto berjalan kecil di pinggir pantai sedangkan Korn mengikutinya dari belakang. Korn melihat seseorang berjualan balon, dia menghampiri orang tersebut dan membeli satu balon, setelah itu berlari kecil mengejar Singto yang semakin jauh darinya.
"Untuk mu" Ucap Korn sembari memberikan balon yang di belinya tadi, sehingga membuat tawa Singto lepas melihatnya.
"Aku sudah dewasa dan tak pantas di beri balon phi" Ucap Singto, namun dia tetap menerima balon dari Korn.
"Tapi kamu terlihat seperti anak kecil di mata ku" Ucap Korn.
Wajah Singto memerah mendengarnya, Singto memilih untuk melanjutkan langkahnya sebelum Korn menyadari wajah merahnya. Korn mengikuti Singto dari belakang, dia merasa semakin gila sekarang, jantung Korn berdebar tak karuan saat melihat senyum manis Singto tadi.
Tak jauh dari mereka ada Weir yang melihat semuanya.
"Ku pikir tuan Korn masih lajang, apa pria itu kekasih tuan Korn? Apa karna pria itu tuan Korn tak pernah tergoda dengan tubuh indah ku? Cih, jalang kecil menyebalkan! Aku yakin dia masih sangat muda, tapi sudah berani menggoda pria dewasa!" Gumam Weir sinis.
"Aku tak mungkin kalah dari jalang kecil itu 'kan?" Ucap Weir pada dirinya sendiri.
Weir melihat Korn dan Singto berlari di pinggir pantai, terlihat Korn sedang berusaha mengejar Singto dan Singto melarikan diri dari kejaran Korn.
Orang-orang yang melihat mereka pasti berpikir mereka sepasang kekasih, tanpa tahu kenyataan sebenarnya yang ternyata hanya sebatas saudara ipar.
Weir berjalan menghampiri mereka, Singto berlari ke arah Weir sekarang, Weir sengaja menabrakkan tubuhnya ke Singto sehingga membuat keduanya sama-sama terjatuh.
"M-maafkan aku" Ucap Singto yang sangat merasa bersalah, dia berlari kurang hati-hati tadi.
"Apa kamu baik-baik saja, Sing?" Tanya Korn sambil membantu Singto berdiri.
Korn bahkan tak menatap ke arah Weir sedetik saja dan terus memperhatikan Singto, mengusap telapak tangan dan celana Singto membersihkan pasir disana. Weir berdehem kecil sehingga membuat Singto dan Korn menatap Weir.
"Apa kamu yang menabrak Singto!?" Ucap Korn marah, saat melihat Weir masih terduduk di pasir.
"Aku yang menabraknya, phi" Ucap Singto sambil membantu Weir berdiri.
Weir menepis tangan Singto setelah dia berdiri dan menatap tajam pada Singto sehingga membuat Singto sedikit takut.
"Aku minta maaf" Lirih Singto, dia berpikir Weir menatapnya seperti itu karna masih marah karna di tabrak olehnya tadi padahal Weir menatap Singto tajam karna Singto bersama Korn.
"Abaikan dia, ayo pergi dari sini" Ucap Korn sambil menggandeng Singto dan membawanya pergi dari sana meninggalkan Weir sendiri.
Weir menatap tajam pada keduanya, dia akan merebut Korn dari jalang kecil itu, pasti!
Tbc
YOU ARE READING
Closer To You ✓
FanficKrist tahu betul dia sudah sangat keterlaluan, dan penyesalan memang selalu datang di akhir, dulu dia di cintai dengan hebat oleh Singto, sekarang Singto mati rasa karna ulahnya, di tambah dia harus bersaingan dengan saudaranya sendiri demi mendapat...