bagian 34.2 | write the good times

9 0 0
                                    

"Lo mau makan dulu, Neiva? Sorry banget gue baru nawarin, kita baru kelar soalnya."

Mereka berdua kini duduk di halte, menunggu bis yang akan membawa mereka pulang ke rumah, meski harus ganti beberapa kali untuk menyesuaikan koridor. Neiva tak tampak lemas atau kelaparan, Gilar hanya merasa tidak enak karena mengajak anak orang pergi dan tidak menawarinya makan sama sekali.

"Ah, ngga usah, Kak. Gue bisa makan di rumah nanti."

"No, kita keluar dari jam 4. Gue tebak lo terakhir makan juga makan bekel di sekolah." Gilar memperhatikan sekeliling, melihat beberapa pedagang kaki lima yang sudah menempatkan diri memenuhi trotoar. Ia memilih dan memilah, sebab tak tahu apa yang pantas ia tawarkan kepada gadis yang ia bawa itu.

"Sate mau?" tawarnya.

"Yaudah deh boleh."

Gilar menggandeng tangan Neiva tanpa sadar ketika mereka harus menyeberang jalan, ke tempat penjual sate menjajakan dagangannya. Ia memastikan beberapa kendaraan mau berhenti, baru mengajak gadis itu berjalan. Gilar menyuruh Neiva duduk di tikar yang digelar di trotoar oleh si penjual sate, sementara dirinya memesan beberapa porsi dan minum.

"Lontong satenya 4 porsi ya, Bang. Yang 2 dibungkus, yang dua makan sini. Yang dibungkus sambel atau cabenya dipisah. Minumnya es jeruk dua," terangnya.

Setelah mendapat persetujuan dari si penjual, Gilar menyusul Neiva duduk di tikar untuk menunggu pesanannya jadi. Ia mengecek ponselnya, mengabari Surya kalau-kalau ia membawa putrinya pulang terlambat karena sedang ia ajak makan terlebih dahulu.

Om Surya

It's ok. Neiva tadi sudah kabarin kok 😌
Nanti pulangnya hati-hati ya nak, saya titip Neiva 😔
Atau kalian mau dijemput saja? 🤔

"Bokap lo nawarin jemput, Iv. Mau?" Gilar memperlihatkan roomchat itu kepada gadis di sampingnya.

"Kok chat Ayah baik banget ke lo, sih? Ke gue galak banget anjir? Ini yang anaknya lo apa gue deh?!" Neiva memperlihatkan balik ruang percakapannya dengan sang ayah.

Neiva Nalini

Ayah, Neiva sama Kak Gilar mau makan dulu
Kayaknya nanti agak telat pulangnya heheh maaf ya


Ayah jelek galak 🙄😡

Ngga usah balik sekalian sj km tidur di jalan sana.

Neiva Nalini

Ayah jangan marah :(


Gilar terkekeh, melihat betapa berbanding terbaliknya respon Surya kepadanya dan anaknya sendiri. Jika ia mendapatkan respon yang sama, Gilar sudah pasti ketar-ketir, takut pulang, dan takut dimarahi.

"Jadi, mau dijemput atau naik bis aja?" tanya Gilar lagi.

"Lo jago berantem nggak?" tanya Neiva dengan wajah serius.

Berantem apa maksudnya? Berkelahi? Bela diri??? Atau berantem tawuran? batin Gilar bertanya.

"Kalo lo ngga jago berantem, dijemput Ayah aja. Tapi kalo lo bisa berantem, naik bis aja gapapa. Jujur gue juga rada takut pulang malem begini takut banyak orang jahat. Tapi gue juga takut Ayah ngomel kalo dijemput Ayah."

Gilar bisa berkelahi. Ia pernah ikut kelas bela diri meski hanya dua tahun. Ia hanya belum pernah mencoba benar-benar menghajar orang di kehidupan nyata sehingga agak ragu menjawab pertanyaan Neiva. Satu hal yang jelas ia pikirkan, apakah ini artinya bersamanya tidak membuat Neiva merasa aman sama sekali?

Write the StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang