write the wishes
.
..
PADA akhirnya, penerbangan lampion itu dimulai juga. Berhubung sekarang Bara dan Savana sepertinya sudah akur kembali dan jatah lampion Bara pastinya akan digunakan bersama Savana, maka Gilar bertukar posisi dengan gadis itu. Kali ini ia berperan sebagai anak angkat Surya, yang sibuk menyiapkan lampion-lampion itu. Surya sendiri mendapat dua pack lampion disertai dengan spidol dan korek api untuk menulis harapan-harapan dan menerbangkan lampion itu.
Savana dan Bara tampak tak kesulitan menulis harapan-harapan mereka. Nadia dan Randi saling mendelik, tak sudi jika saudaranya saling membaca satu sama lain. Sementara Surya, Neiva, dan Gilar sekarang diam. Mereka tidak tahu mau menulis apa.
"Ayah nggak usah, deh. Kalian aja," ujar pria itu sambil menyelipkan spidol hitam itu dalam genggaman putrinya.
"Ih masa gitu!" protes Neiva. Ia beradu pandang dengan Gilar, meminta persetujuan dan berharap laki-laki itu kini mau bekerjasama dengannya. Harapannya terwujud. Gilar mengambil spidol itu dari tangan Neiva, lantas menyerahkan kembali kepada Surya.
"Nggak boleh gitu, Om. Kalo Om bingung mau nulis harapan apa buat diri sendiri, yaudah bikin buat Neiva. Nanti Neiva bikin juga buat Om Surya, gitu," usulnya.
"Terus kamu?" tanya Surya balik. Pria itu menggeleng, menemukan ide yang lebih brilian dengan memodifikasi usul dari Gilar. "Gini aja, Ayah bikin harapan buat Neiva, Neiva bikin buat Gilar, Gilar bikin buat Ayah."
Ayah. Gilar bikin buat Ayah. Sudah lama Gilar tidak mendengar panggilan itu. Walaupun ia mengerti, Surya mengatakan itu untuk Neiva, namun rasanya ia tetap ikut direngkuh.
"Ya udah, boleh," jawab Neiva pada akhirnya, tak mau memperpanjang masalah.
Surya lebih dulu menulis harapannya untuk Neiva di lembaran lampion itu. Baik Gilar dan Neiva sama-sama bisa membaca. Tulisan itu cukup sederhana, namun panjang.
Neiva, Ayah harap, kamu selalu dilimpahkan hal-hal baik di dunia. Ayah harap kamu nggak takut melangkah dan jatuh karena Ayah akan selalu berusaha melindungi kamu. Ayah harap, kamu sehat terus dan kita bisa hidup sama-sama yang lama. Ayah nggak berharap kamu akan selalu bahagia, tapi semoga waktu kamu sedih, akan selalu menemukan penyembuhnya dalam bentuk apapun.
Surya menyerahkan spidol itu kembali ke Neiva, karena sekarang giliran putrinya untuk menulis. Sejujurnya, Neiva sendiri tidak tahu ia mau menulis apa untuk Gilar. Sekali lagi, mereka tidak sedekat itu.
"Lo mau gue tulisin apa, Kak?" tanyanya. Gilar tersenyum, lantas mengendikkan bahu. Ia juga sama-sama tidak tahu.
Neiva menghela napas. Ia lantas menorehkan tulisannya di lampion itu dengan hati-hati, takut rusak dan membuatnya tidak bisa terbang nantinya.
I hope you will always find a way out. To forget the pain, to find happiness, to embrace forgiveness and relief from past wounds, and to live life today and beyond. I wish all your dreams can be true.
Selesai menulis, yang dihadiahi cengiran meledek dari ayahnya, Neiva menyerahkan spidol itu kepada kakak kelasnya itu. Gilar menerima spidol itu, menatap Surya sejenak, kemudian ikut meninggalkan jejak di lampion itu.
You're indeed the greatest dad I've ever known. May you always have good luck, be a dad that makes your daughters proud, and a person who knows how to love yourself.
KAMU SEDANG MEMBACA
Write the Stars
Teen Fiction[13+] Di buku catatannya, Neiva dengan tanpa beban melukis garis-garis perjalanan hidupnya untuk masa depan. Rencana yang matang, otak yang gemilang, ayah yang mendukung, meyakinkan bahwa dirinya mampu mengalami garis-garis nasib yang ia buat sendir...