Bab 3: Pertemuan Pertama

124 11 0
                                    

Mansion Duke Gabriel John Morgan terletak di puncak bukit yang menjulang tinggi, dikelilingi oleh kebun bunga yang menawan dan pepohonan rimbun. Sinar matahari pagi merembes lembut melalui jendela besar, tetapi tidak ada kehangatan yang mampu menyentuh hati Gabriel yang terbaring lemah. Di dalam ruangan yang hening dan suram, dia terbaring di ranjang besar, tubuhnya ditutupi selimut tebal, namun tetap tidak mampu menghalau rasa dingin yang menyelimuti tulang-tulangnya.

Gabriel adalah seorang pria yang biasanya tegap dan kuat. Dia memiliki tinggi badan yang mengesankan dan tubuh berotot, hasil dari latihan dan pertarungan di medan perang. Namun, saat ini, semua itu tampak lenyap. Wajahnya yang biasanya menawan kini tampak pucat dan cemas, dengan lingkaran hitam di bawah matanya yang menunjukkan betapa lelahnya dia berjuang melawan demam yang tak kunjung reda.

Dia merasakan sakit yang tajam dan menyebar di seluruh tubuhnya, seolah-olah setiap ototnya direnggut oleh kekuatan yang tidak terlihat. Ketika dokter kerajaan, Dr. Marcus, memasuki ruangan dengan ekspresi khawatir, Gabriel bisa merasakan jantungnya berdegup kencang. Selama beberapa hari terakhir, dia sudah menjalani berbagai pengobatan, tetapi demamnya tidak kunjung membaik.

"Duke Gabriel," Dr. Marcus memulai, suaranya tegas namun lembut. "Saya khawatir kita perlu mencari bantuan dari seseorang yang lebih ahli dalam pengobatan herbal. Saya mendengar tentang seorang kesatria yang terkenal dengan keahliannya dalam merawat luka dan penyakit. Namanya Lily Abigail."

Gabriel mengerutkan kening. "Lily Abigail? Kesatria wanita? Apakah dia benar-benar bisa membantu saya?" Suara Gabriel terdengar serak, dipenuhi keraguan. Dia bukan tipe orang yang mengandalkan bantuan orang lain, terlebih lagi seorang wanita. Tetapi saat itu, keputusannya terpaksa didasari pada keadaan darurat.

"Dia sudah banyak membantu orang-orang di desa dan di medan perang. Jika ada yang bisa menolong Anda, dia adalah orangnya," jawab Dr. Marcus, tidak mengizinkan keraguan menyelinap masuk ke dalam perbincangan.

Mata Gabriel sedikitmelebar mendengar kata "kesatria wanita." Inibukan hal yang biasa. Seorang kesatria, apalagi seorang wanita, yang jugamemiliki kemampuan dalam pengobatan? Itu adalah kombinasi yang jarang, bahkanterdengar aneh. Biasanya, kesatria adalah orang-orang yang mengabdikan hidupmereka untuk pertempuran, bukan untuk mempelajari seni penyembuhan. Namun, adasesuatu yang menggugah rasa penasaran Gabriel.

"Seorang kesatria wanita?" tanya Gabriel dengan nada skeptis. "Dan dia berpikir bisa menyembuhkan penyakit yang tidak seorang pun bisa pahami? Ini terdengar seperti lelucon."

Dr. Marcus tetap tenang, meskipun ada sedikit kekhawatiran dalam tatapannya. "Saya mengerti bahwa Anda lelah dengan janji-janji kosong, Yang Mulia. Tapi saya melihat ada sesuatu yang berbeda dalam diri Sir Lily. Dia bukan seperti penyembuh lainnya. Setidaknya, saya mohon, beri dia kesempatan."

Gabrielterdiam sejenak, merenungkan kata-kata Dr. Marcus. Meskipun hatinya dipenuhi dengankeraguan, ada sedikit rasa ingin tahu yang muncul. Mungkin, hanya mungkin, SirLily benar-benar berbeda. Atau mungkin Gabriel hanya putus asa, dan karenaitulah dia bersedia mendengarkan siapapun yang menawarkan secercah harapan,betapapun tipisnya.

Dengan rasa putus asa yang semakin mendalam, Gabriel mengangguk pelan. Dalam benaknya, dia tahu bahwa tidak ada pilihan lain. Meskipun ego dan sikap kerasnya berontak, hatinya berusaha menerima kenyataan bahwa dia butuh bantuan.

Lily Abigail: Kesatria dengan Segudang Harapan

Sementara itu, perjalanan menuju mansion tidak mudah bagi Lily Abigail. Dia berkeliling dengan kuda, menempuh jalan setapak yang dikelilingi oleh pepohonan besar. Selama perjalanan, dia merenungkan semua pelajaran yang telah dia pelajari selama ini. Kecakapan tempurnya sebagai seorang kesatria sudah terbukti di banyak medan perang, tetapi perawatan yang dia lakukan selalu menjadi bagian terpenting dalam jiwanya. Dia merasa terikat pada kehidupan orang lain, dan saat ini, Duke Gabriel membutuhkan bantuannya.

Cinta dan Kesabaran di Antara SakitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang