Kesehatan Gabriel terus menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Setelah proses pemindahan energi yang berhasil dilakukan oleh Rufus Shadowvale, Gabriel merasa lebih berdaya, meskipun fisiknya masih lemah. Setiap pagi, Lily berada di sampingnya, mengawasi dan mendukungnya dengan penuh kasih sayang. Dia adalah pilar dukungan yang tidak tergantikan dalam hidup Gabriel, selalu siap menghadapi rasa sakit dan ketakutan yang menggerogoti dirinya.
Suatu pagi yang cerah, Lily mengajaknya untuk melakukan terapi fisik ringan. "Yang Mulia, hari ini kita akan mencoba berjalan sedikit lebih jauh dari biasanya. Ini sangat penting untuk memperkuat otot anda," kata Lily sambil tersenyum, memberikan semangat. Gabriel merasa berdebar saat mendengar rencana itu. Dia tahu bahwa berjalan adalah langkah awal untuk memulihkan kekuatan, tetapi ketidakpastiannya membuatnya ragu.
"Apakah aku bisa melakukannya?" tanya Gabriel, matanya menyiratkan kekhawatiran. Dia masih terbayang akan saat-saat sulit ketika rasa sakitnya menghambat segala sesuatu yang ingin dilakukannya.
"Pastinya. Saya akan berada di samping Anda, membantu setiap langkah anda yang mulia," jawab Lily tegas. Dukungan itu memberikan dorongan pada Gabriel, dan dia merasa sedikit lebih percaya diri.
Mereka berdua mulai bergerak menuju jendela besar yang menghadap ke taman. Gabriel merasakan otot-ototnya mulai berkontraksi, dan ada rasa kaku yang masih terasa di tubuhnya. "Anda bisa melakukannya, Yang mulia. Ingat, pelan-pelan," ucap Lily, tangannya siap memegang lengan Gabriel jika dia terjatuh.
Langkah pertama Gabriel terasa berat, tetapi dia mengerahkan seluruh kemampuannya. Setiap langkah yang diambilnya adalah perjuangan, tetapi dengan bantuan Lily, dia bisa melangkah lebih jauh. Ketika mereka akhirnya mencapai jendela, Gabriel berdiri dengan bangga, meskipun keringat mengalir di dahi dan punggungnya basah oleh usaha yang dikeluarkannya.
"Lihat, kau sudah sampai di sini. Sekarang kita bisa menikmati pemandangan," kata Lily, mendorong Gabriel untuk menikmati momen kecil itu. Gabriel menatap keluar, melihat taman yang dipenuhi bunga berwarna-warni dan burung-burung yang berkicau. Keindahan itu menenangkan pikirannya.
Setelah beberapa saat beristirahat, Gabriel merasa energi di dalam dirinya kembali. "Aku ingin mencoba lagi," katanya, tekadnya semakin menguat. Dengan bantuan Lily, mereka kembali bergerak, berlatih berjalan di sekitar kamar.
Setiap kali Gabriel merasa lelah, Lily akan membisikkan kata-kata semangat. "Anda kuat, Yang Mulia. Setiap langkah adalah kemajuan. Jangan menyerah."
Berkat dukungan emosional Lily, Gabriel mulai merasakan kepercayaan diri yang perlahan muncul kembali. Namun, meskipun lonjakan energi dalam tubuhnya telah diatasi, dia tetap menyadari bahwa fisiknya masih lemah.
Saat mereka berlatih, kabar baik mulai menyebar. Kesehatan Gabriel yang membaik sampai ke telinga orang tuanya, Duke Terdahulu Alistair dan Duchess Terdahulu Eleanor. Mereka terkejut dan berbahagia mendengar bahwa anak mereka yang telah lama sakit kini menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
"Dia berjuang keras untuk mendapatkan kembali kekuatannya," ucap Duke Terdahulu Alistair, wajahnya penuh haru saat mendengar berita itu. "Aku ingin sekali melihatnya dan memberi dukungan langsung."
Duchess Terdahulu Eleanor mengangguk setuju. "Kita harus pergi menemuinya segera. Dia butuh kita sekarang lebih dari sebelumnya."
Dalam perjalanan ke istana, Duke Terdahulu Alistair tidak bisa berhenti memikirkan kata-kata yang telah diucapkannya. "Aku harus meminta maaf kepada Gabriel," bisiknya pada dirinya sendiri. Rasa penyesalan menyelimuti hatinya. Dia merasa telah gagal sebagai ayah, tidak mampu memahami beban yang ditanggung anaknya. Semakin dalam dia merenung, semakin besar keinginan untuk memperbaiki kesalahan yang telah dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Kesabaran di Antara Sakit
Ficção HistóricaDuke Gabriel John Morgan, pewaris tunggal keluarga Morgan, hidup dikelilingi kemewahan namun menderita karena tubuhnya yang sering sakit-sakitan. Sikapnya yang keras dan penuh amarah lahir dari rasa tidak berdaya menghadapi penyakit yang terus-mener...