Malam telah larut, namun pikiran Duke Gabriel John Morgan masih berkelana jauh ke masa lalu. Momen refleksi ini datang tanpa peringatan, seperti badai yang menyerbu tanpa aba-aba, meninggalkannya terjaga dalam kesunyian. Rasa sakit yang masih bersarang di tubuhnya seolah membuka pintu kenangan, menyeretnya kembali ke masa kecil yang suram—masa di mana penyakit yang menggerogoti tubuhnya kini mulai menampakkan gejalanya.
Sejak kecil, Gabriel tidak pernah benar-benar merasakan apa itu kebebasan. Dia selalu lebih lemah dibandingkan anak-anak seusianya. Di usia lima tahun, sementara anak-anak lain di kalangan bangsawan sibuk bermain di taman, berlari-larian tanpa rasa takut, Gabriel hanya bisa menonton dari jendela kastil. Tubuhnya yang ringkih tak mampu menandingi kegesitan teman-temannya. Setiap kali dia mencoba bermain bersama, kakinya akan goyah, dan napasnya akan terengah-engah lebih cepat dari yang dia harapkan.
Sakitnya dimulai sejak kecil—tubuhnya sering kali demam tanpa alasan yang jelas. Dokter-dokter kerajaan datang silih berganti, memberikan berbagai ramuan dan pengobatan, namun tak ada yang benar-benar efektif. Semakin Gabriel tumbuh, semakin jelas bahwa tubuhnya tak sekuat anak-anak lain. Dan semakin besar pula rasa kecewa yang terpendam dalam hatinya.
***
Masa Kecil Bersama Sang Ibu, Pelindung yang Setia. Ibunya, Duchess Eleanor Morgan, adalah seorang wanita yang penuh kasih sayang. Dia selalu berada di samping Gabriel, memberikan perhatian tanpa henti, meski rasa khawatir tak pernah benar-benar hilang dari matanya. "Kau adalah anakku yang kuat, Gabriel," kata-kata ibunya selalu lembut, penuh harapan meski Gabriel tahu ibunya lebih banyak berharap daripada yakin. Kecintaannya tak pernah surut, meski dia tahu bahwa Gabriel berbeda dari anak-anak lain.
Ketika Gabriel berusia lima tahun, dia sudah sering sakit-sakitan. Tubuhnya demam tanpa sebab yang jelas, tangannya gemetar ketika dia berusaha bermain, dan wajahnya sering kali pucat pasi. Pada saat itu, sang ibu selalu berada di sampingnya, tak pernah jauh dari jangkauan.
Kenangan yang paling jelas diingat Gabriel adalah ketika dia terbaring lemah di tempat tidurnya yang empuk, dan ibunya duduk di kursi di sebelahnya. Tangannya yang halus menyeka keringat dari dahi Gabriel dengan kain lembut yang dibasahi air dingin. Wajah sang ibu selalu tampak khawatir, namun ada keteguhan di dalam matanya.
"Kamu akan menjadi kuat, Gabriel. Jangan khawatir," ucap ibunya dengan suara lembut. Setiap kali demamnya datang, Eleanor akan menceritakan kisah-kisah tentang pahlawan dan ksatria, berharap bisa menguatkan hati anaknya yang lemah. Tetapi di balik setiap cerita yang indah itu, Gabriel tahu bahwa ibunya sedang berjuang melawan rasa takut yang terus menghantuinya. Takut akan penyakit yang terus melemahkan tubuh anaknya.
Ibunya juga sering membawanya ke taman di belakang kastil. Di sana, meskipun Gabriel tak mampu berlari seperti anak-anak lain, mereka akan duduk bersama di bawah pohon besar, sambil membaca buku atau berbicara tentang masa depan. "Suatu hari nanti, kau akan menguasai seluruh wilayah ini, Gabriel," katanya sambil tersenyum, meskipun Gabriel tahu di hatinya bahwa harapan itu terdengar seperti mimpi yang jauh.
Rasa cinta ibunya tak pernah surut—ia selalu memberikan perhatian penuh meskipun Gabriel tahu bahwa dia adalah sumber rasa sakit dan kekhawatiran bagi orang yang paling dicintainya.
Namun, perhatian ibunya sering kali terasa berlebihan bagi Gabriel. Dia merasa diperlakukan seperti barang rapuh yang harus dijaga dengan hati-hati. Tiap langkahnya diawasi, setiap gerakannya dia batasi sendiri karena takut membuat ibunya lebih khawatir. Dan di balik senyuman lembut ibunya, Gabriel tahu bahwa ada rasa sedih yang mendalam—sedih karena melihat anaknya tak mampu hidup normal seperti anak bangsawan lainnya.
***
Hubungan yang Rumit dengan Sang Ayah, Kekecewaan dan Harapan yang Tak Terpenuhi. Ayahnya, Duke Alistair Morgan, adalah kebalikan dari ibunya. Seorang pria keras, disiplin, dan jarang menunjukkan emosi. Ayahnya sangat menginginkan Gabriel tumbuh menjadi pewaris yang kuat, seorang penerus yang bisa memimpin wilayah dengan tangan besi seperti yang dia lakukan. Namun, semakin Gabriel tumbuh, semakin jelas bahwa harapan itu tak akan pernah terwujud. Duke Alistair jarang berbicara tentang penyakit Gabriel, tapi setiap kali mata mereka bertemu, ada kekecewaan yang tak bisa disembunyikan. Itu menyakitkan bagi Gabriel, karena dia sangat ingin mendapatkan pengakuan dari ayahnya, namun tubuhnya terus-menerus mengkhianatinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/376670079-288-k432769.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Kesabaran di Antara Sakit
Historická literaturaDuke Gabriel John Morgan, pewaris tunggal keluarga Morgan, hidup dikelilingi kemewahan namun menderita karena tubuhnya yang sering sakit-sakitan. Sikapnya yang keras dan penuh amarah lahir dari rasa tidak berdaya menghadapi penyakit yang terus-mener...