Saat kekacauan semakin menggebu, Ora berusaha mencerna kata-kata Maya. "Apa maksud kamu 'kita semua terjebak dalam permainan ini'?" tanyanya dengan suara penuh kebingungan.
Maya menatapnya dengan serius. "Gue bukan hanya Maya yang lo kenal. Bokap gue seorang pengusaha besar dengan banyak rahasia. Mereka nyulik gue karena gue adalah satu-satunya yang tau tentang brankas tersembunyi yang dia miliki."
"Brankas?" Zave mengulangi, mencoba memahami situasi ini lebih dalam.
"Apa yang ada di dalamnya?" Tanya Altair, semua orang kini ikut penasaran.
Maya menghela napas, seolah beban berat ada di punggungnya. "Banyak hal yang bahaya kalau disebar. Informasi, uang, bahkan barang-barang yang bisa menghancurkan hidup banyak orang. Mereka mau gue membongkar lokasinya."
Suara sirene semakin mendekat, dan Ora merasakan ketegangan di udara. "Jadi, mereka semua ini bekerja buat ayah kamu?" tanyanya, masih berusaha merangkai potongan-potongan teka-teki ini.
Maya mengangguk. "Mereka ingin memanfaatkan gue untuk mendapatkan akses ke brankas itu. Jika mereka berhasil, semuanya akan hancur."
Orion mengerutkan dahi. "Tapi kenapa lo enggak ngasih tau kami sebelum nya?"
"Karena gue enggak tau siapa yang bisa gue percaya," jawab Maya dengan nada penuh penyesalan. "Bahkan gue sendiri enggak nyangka, bawahan bokap gue yang selama ini baik-baik aja akan berkhianat cuma demi uang."
Saat mereka berbicara, kelompok penyerang mulai melangkah maju, berusaha mengepung mereka. Orion dan anggota Megaverse lainnya bersiap menghadapi serangan. "Kita enggak punya waktu lagi!" Orion berteriak, "semua mundur!"
Tiba-tiba, suara ledakan lain terdengar, dan dinding bangunan tua itu mulai runtuh. Ora, Zave, dan Maya berlari ke arah pintu keluar dengan Orion dan anggota lainnya. Dalam perjalanan, Ora merasakan kegelisahan di dalam dirinya. "Apa yang harus kita lakuin, Maya?" tanyanya.
Maya berpikir sejenak. "Kita harus pergi ke tempat aman, dan gue akan memberi tahu kalian semua yang aku tahu. Ini lebih besar dari yang kita duga."
Mereka berhasil keluar dari bangunan tepat sebelum dindingnya runtuh sepenuhnya, dan berlari menuju mobil yang menunggu di luar. Saat mereka melompat ke dalamnya, Zave tidak bisa menahan diri untuk mengumpat. "Sialan!" Lengan yang tadinya terluka oleh alat tajam para penjahat, kini tergores runtuhan bangunan.
"KAK ZAVE!!" Langkah Ora terhenti.
Zave mendorong tubuh Ora. "Gue udah bilang, jangan peduliin gue!"
"Berdarah, kak! Gimana aku bisa enggak peduli?" Ora menggenggam tangan Zave dan membantu nya keluar dari sana. Dan ternyata itu tak semudah yang dibayangkan nya, tubuh mungilnya harus menahan berat badan Zave yang dua kali lipat lebih berat darinya.
✧✧✧
Maya menatap mereka dengan tegas. "Gue mau nyari tau apa yang mereka inginkan, dan gimana kita bisa menghentikannya. Gue enggak akan biarin mereka memanfaatkan gue atau keluarga gue."
Namun, saat mereka melaju menjauh dari lokasi, Ora merasakan sesuatu yang aneh. Dia menoleh ke arah Maya, yang tampak lebih tenang dibandingkan sebelumnya. "May, kamu tau siapa yang ada dibalik semua ini, kan?" tanyanya.
Maya tersenyum tipis. "Iya."
Saat mereka tiba di tempat aman, Maya mengambil napas dalam-dalam. "Ada satu hal yang perlu kalian tahu. gue memiliki akses ke brankas itu. Dan kalau kita enggak bergerak cepat, enggak hanya hidup kita yang terancam, tapi juga banyak orang lainnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MEGAVERSE : ZAVE DAN ORA ( On going || revisi )
Teen FictionDalam dunia yang penuh rahasia dan kekuatan tersembunyi, Zave dan Ora terjebak dalam konflik yang lebih besar dari diri mereka. Meski Zave terus menolak, kelembutan Ora perlahan mulai meruntuhkan dinding yang ia bangun di sekeliling hatinya. Tapi ak...