Suara pertempuran semakin pudar. Orion, Altair, Aydan, Rayden, Axel, dan Elvino, yang telah terluka parah, hanya bisa menyaksikan dengan rasa tak berdaya. Mereka, yang biasa tak terkalahkan di medan pertempuran, kini menjadi saksi dari kehilangan yang menyakitkan ini.
Zander, yang sejak tadi menyaksikan dengan senyum puas, mendekat. “Loh, kenapa dia, Ra. Mati ya?”
Ora menatap Zander dengan penuh kebencian, matanya penuh amarah dan air mata. Dia tidak bisa berkata-kata, rasa sakit kehilangan Zave terlalu besar untuk diungkapkan.
Namun, sebelum Zander bisa mendekat lebih jauh, suara langkah kaki terdengar dari kejauhan. Zander menoleh, alisnya terangkat.
Di ujung lorong, muncul sosok yang tak asing—Galen. Dengan langkah pasti, dia maju, di belakangnya sekelompok pria berseragam hitam dengan senjata terhunus, polisi dan pasukan bawahannya, dipimpin oleh Kepala Sekolah Horizon.Ketika Galen akhirnya tiba di lokasi, dia tertegun. Pemandangan di depannya seperti mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Teman-temannya tergeletak tak berdaya, darah bercucuran di lantai, dan di tengah kekacauan itu, Zave terbaring tak sadarkan diri dengan tubuh bersimbah darah, sementara Ora menggenggam erat tangannya, wajahnya penuh dengan air mata dan ketakutan.
"Zave!" Galen tersentak, napasnya tertahan. Seluruh tubuhnya membeku sejenak sebelum dia berlari mendekat, merasakan detak jantungnya semakin cepat.
Matanya menyapu ruangan dengan cepat—Altair berlutut di pojok, Axel tersungkur dengan luka di bahunya, dan yang lainnya dalam keadaan yang tak lebih baik. Mereka semua terluka parah, tetapi tatapan Galen terpaku pada Zave.
Dengan cepat, dia berlutut di sisi Zave, mencoba mencari tanda-tanda kehidupan. Tangan Galen sedikit gemetar ketika dia memeriksa denyut nadi Zave di lehernya. Detak yang lemah tapi ada.
"Dia masih hidup," Galen berbisik lega, tetapi itu tak cukup untuk meredakan kecemasannya. "Zave... lo kuat, kan? Lo harus bertahan."
Ora menatap Galen dengan mata penuh harap, air mata masih mengalir. "Kak Galen, tolongin Kak Zave."
Galen mengangguk pelan, mencoba tetap tenang meski hatinya kacau. "Dia nggak akan kenapa-kenapa, Ora. Gue janji." Namun, dalam hati, dia tahu waktu mereka terbatas. Zave telah kehilangan terlalu banyak darah, dan luka-luka di tubuhnya terlalu parah untuk diabaikan.
Sementara Galen mencoba memeriksa kondisi Zave lebih lanjut, Kepala Sekolah Horizon muncul, disertai polisi dan pasukan yang mengepung Zander serta anak buahnya. Kepala Sekolah Horizon melihat pemandangan itu dengan rahang yang mengeras. Dia tahu betul siapa orang-orang ini—anak-anak dari Megaverse, organisasi yang dia tinggalkan bertahun-tahun lalu.
Ya, kalian benar. Berkas yang Zander curi dari kepala Horizon memang peta markas tersembunyi Megaverse.
Kenapa kepala Horizon memiliki peta rahasia itu? Singkat nya, ia adalah siswa Nexus dulu, ia adalah orang pertama yang memimpin organisasi rahasia itu yang kini telah diambil alih oleh Orion dan mengganti nama nya menjadi Megaverse, pada saat dibawah pimpinan kepala Horizon adalah 'Overlord'.
Dengan langkah cepat, dia mendekati Galen. "Bagaimana keadaan mereka?"
Galen menoleh dengan tatapan penuh tekanan. "Mereka terluka parah. Zave... dia dalam kondisi kritis."
Kepala Sekolah Horizon menghela napas berat, lalu memberikan isyarat kepada tim medis yang telah tiba. "Segera bawa mereka ke rumah sakit. Kita tidak bisa kehilangan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
MEGAVERSE : ZAVE DAN ORA ( On going || revisi )
Ficção AdolescenteDalam dunia yang penuh rahasia dan kekuatan tersembunyi, Zave dan Ora terjebak dalam konflik yang lebih besar dari diri mereka. Meski Zave terus menolak, kelembutan Ora perlahan mulai meruntuhkan dinding yang ia bangun di sekeliling hatinya. Tapi ak...