Keesokan harinya, Nexus Highschool kembali ramai dengan siswa yang menjalani rutinitas mereka. Namun, bagi Ora, hari ini terasa berbeda. Setelah malam penuh ketegangan saat menyelamatkan Maya dan menuntaskan misi pertamanya bersama Megaverse, ia merasa campuran lega dan syukur. Meski belum sepenuhnya terbiasa dengan dunia berbahaya yang kini ia masuki, ia merasakan kekuatan berkat dukungan dari teman-temannya, terutama Zave.
Zave, seperti biasa, menjalani harinya dengan dingin dan acuh tak acuh. Baginya, menjaga Ora hanyalah perintah dari Orion, kakak Ora sekaligus pemimpin Megaverse. Tidak ada yang istimewa. Meski begitu, dalam misi menyelamatkan Maya kemarin, Zave tak bisa mengabaikan betapa lemahnya Ora dalam situasi bahaya. Dia tidak membencinya, tetapi juga tidak peduli-Zave hanya menjalankan tugas.
Siang itu, di kantin, para anggota Megaverse berkumpul. Rayden dan Aydan duduk di satu meja, sibuk mendiskusikan hasil penyelamatan. Di meja yang sama, Orion, sang pemimpin, tampak tenang tapi penuh kewaspadaan, memperhatikan adiknya, Ora, dari kejauhan. Di sisi lain, Axel dan Galen, dua anggota Megaverse yang terkenal enerjik, tampak sibuk dengan candaan khas mereka. Di pojok, Altair dan Elvino, anggota paling pendiam, menikmati makanan mereka dalam diam, selalu siap tetapi tidak banyak bicara.
Rayden menyendok makanannya dan melirik Ora yang tampak termenung. "Hey, Ora, kamu kelihatan masih kepikiran soal misi kemarin?"
Ora tersenyum kecil. "Iya, aku merasa belum bisa berbuat banyak."
Orion, yang duduk di sebelah Ora, meletakkan sendoknya. "Kamu udah melakukan yang terbaik. Misi ini berbahaya, tapi kamu bertahan. Itu sudah lebih dari cukup."
Aydan mengangguk setuju. "Kita semua tahu ini nggak mudah buat kamu. Tapi kita di sini untuk saling melindungi."
Sementara itu, Zave duduk agak terpisah dari kelompok, memperhatikan mereka dari kejauhan dengan ekspresi datar. Baginya, perbincangan ini tidak penting. Misi telah selesai, dan bagi Zave, tidak ada gunanya membahasnya lagi. Namun, ketika ia melihat Ora yang masih cemas, ada sedikit rasa kesal dalam dirinya-bukan karena Ora, tapi karena perasaan bahwa ada sesuatu yang lebih dalam yang ia hindari.
Ora bangkit dari mejanya, mendekati Zave yang duduk sendirian di luar kantin. Dia tahu Zave tidak akan mau bergabung dengan yang lain, tapi ada sesuatu yang perlu ia sampaikan.
"Zave," panggil Ora dengan lembut.
Zave tidak menatapnya, hanya menanggapi dengan gumaman malas. "Apa lagi, Ora?"
"Ora cuma ingin berterima kasih. Meskipun kakZave selalu bilang ini hanya tugas, aku tahu kak Zave udah melindungi Ora," kata Ora dengan suara penuh ketulusan.
Zave mengangkat bahunya tanpa menoleh. "Gue cuma ngelakuin apa yang seharusnya ditugaskan sama Orion, enggak usah berpikir terlalu jauh."
Ora tersenyum kecil, sudah menduga jawaban seperti itu. "Ora tahu. Tapi tetap aja, Ora ingin bilang terima kasih. Ora harap suatu hari nanti Ora bisa lebih kuat, jadi kak Zave enggak perlu repot-repot jagain Ora lagi."
Zave menatap ke langit sejenak sebelum menoleh padanya, ekspresinya dingin dan datar. "Kalau gitu, buktiin, jangan ngomong doang," jawabnya singkat. Lalu, tanpa menunggu respons lebih lanjut, dia bangkit dan pergi begitu saja, seolah pembicaraan itu tidak berarti apa-apa.
Di kejauhan, Orion memperhatikan interaksi adiknya dengan Zave. Sebagai pemimpin Megaverse, dia tahu Zave adalah sosok yang sulit didekati, tapi dia mempercayakan keselamatan Ora padanya. Dia tahu Zave akan selalu menjalankan tugasnya, meski dengan caranya sendiri.
Saat Zave pergi, Rayden datang menghampiri Ora, diikuti Axel dan Galen yang penasaran. "Dia masih sama seperti biasa, ya?" kata Rayden sambil tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEGAVERSE : ZAVE DAN ORA ( On going || revisi )
Novela JuvenilDalam dunia yang penuh rahasia dan kekuatan tersembunyi, Zave dan Ora terjebak dalam konflik yang lebih besar dari diri mereka. Meski Zave terus menolak, kelembutan Ora perlahan mulai meruntuhkan dinding yang ia bangun di sekeliling hatinya. Tapi ak...