➪ Pov Zave lagi dibawa ke ruang pemeriksaan.
Dirumah sakit.
Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, dokter keluar dari ruang perawatan. Wajahnya tampak serius, dan Altair, Ora, serta yang lainnya langsung merasakan ketegangan di udara. "Keluarga Zave?" tanya dokter, mencari mereka di antara kerumunan yang tegang.
"Iya, kami!" jawab Altair, melangkah cepat menghampiri dokter, harap dan cemas menyelimuti hatinya.
"Bisa kita bicara sebentar?" tanya dokter, mengangguk ke arah ruangan kecil di samping. Altair menatap Ora dan yang lainnya, lalu mengangguk, menyiapkan diri untuk berita yang mungkin akan mengubah segalanya.
Setelah pintu ditutup, suasana semakin mencekam. Dokter menatap Altair dengan serius, seolah kata-kata yang akan diucapkannya mampu menghancurkan harapan yang tersisa. "Apakah Zave pernah mengalami cedera di bagian dada kirinya?"
Altair terkejut, dan kenangan akan perkelahian Zave berkelebat di pikirannya. "Iya, dia pernah terluka beberapa minggu yang lalu. Kenapa, Dok?"
Dokter menghela napas, seakan berat untuk mengeluarkan kata-kata selanjutnya. "Kami menemukan masalah pada jantungnya. Ini bisa disebabkan oleh cedera yang dia alami sebelumnya."
Altair terkejut mendengar pernyataan itu. Setiap kata dokter menghantam Altair seperti palu. "Nggak mungkin! Selama ini adik saya baik-baik aja dok," suaranya bergetar, penuh ketakutan.
Dokter mengerutkan kening, ekspresi wajahnya mengekspresikan empati yang mendalam. "Harap tenang, pasien sudah dalam keadaan stabil, tidak ada yang serius, saya akan memberikan pemeriksaan lanjut kepada pasien."
Rasa cemas menyelimuti Altair, dan seolah dunia di sekelilingnya bergetar. "Tolong lakukan yang terbaik untuk dia, Dok." Ujarnya, suara bergetar dan penuh harapan, berusaha menahan air mata yang hampir keluar.
Dokter mengangguk, tetapi tatapannya mengandung beban yang berat. "Kami akan melakukan yang terbaik. Sekarang, saya sarankan anda beristirahat sebentar. Kami akan memberi tahu anda segera setelah ada informasi lebih lanjut."
Setelah dokter keluar, Altair kembali ke ruang tunggu dengan langkah gontai, jantungnya berdebar kencang. Begitu melihat Zave terbaring lemah, wajahnya dipenuhi rasa sakit, seolah segala harapan terenggut dari dadanya. "Lo berdua kenapa? Ngomongin apa?" tanya Orion, diikuti rasa penasaran sekaligus takut.
"Jantung dia lemah, tapi kata dokter nggak ada yang serius," jawab Altair, suaranya nyaris tidak terdengar. Di dalam hatinya, kekhawatiran terus menggerogoti, meskipun dokter sudah memberikan kata-kata penenang.
Ora dan Orion saling menatap, kekhawatiran yang sama terpancar di mata mereka. "Kita harus tetap tenang. Kak Zave butuh kita sekarang," kata Ora, mencoba untuk menyemangati, meskipun ia sendiri merasakan ketakutan yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEGAVERSE : ZAVE DAN ORA ( On going || revisi )
Roman pour AdolescentsDalam dunia yang penuh rahasia dan kekuatan tersembunyi, Zave dan Ora terjebak dalam konflik yang lebih besar dari diri mereka. Meski Zave terus menolak, kelembutan Ora perlahan mulai meruntuhkan dinding yang ia bangun di sekeliling hatinya. Tapi ak...