➢ 21 ; Dimulai.

34 18 70
                                    

Tepat seminggu setelah Zave dirawat, dia mulai kembali berkumpul dengan teman-temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat seminggu setelah Zave dirawat, dia mulai kembali berkumpul dengan teman-temannya. Luka di dadanya sudah sembuh total, dan dia bisa bersekolah lagi tanpa khawatir akan kambuh. Akhirnya, dia terbebas dari penderitaan yang membelenggunya selama ini.

Altair membuka jendela kamarnya, cahaya matahari yang menyusup masuk membuat Zave menyipitkan mata, masih duduk di atas ranjang, setengah tertidur.

"Bangun, jangan tidur lagi. Lo duduk kayak panda nahan pup," ejek Altair sambil membuka beberapa kancing piyamanya yang longgar, memamerkan dadanya yang sedikit terekspos.

Zave membuka matanya perlahan. "Ah, gue masih ngantuk, Al," gumamnya dengan nada malas, suaranya serak karena baru bangun.

Altair menghela napas panjang. Hari kemarin memang melelahkan, tetapi ia tak bisa membiarkan dirinya terjebak dalam kelelahan. Pagi ini penuh misteri, dan ia harus siap menghadapinya meski belum tahu apa yang menanti.

"Lo serius nggak mau bangun?" tanya Altair sambil membuka jendela lebih lebar, membiarkan sinar matahari membanjiri kamar. "Gue kira lo udah bosan jadi pasien."

Zave hanya melirik tanpa semangat. "Nggak ada bedanya. Bangun atau nggak, gue tetap harus liat muka lo tiap hari."

Altair tertawa kecil, lalu duduk di tepi ranjang. "Bagus dong, gue bisa jadi pengingat kalau hidup lo nggak seburuk itu."

Zave mengangkat sebelah alisnya. "Kalau muka lo patokan, hidup gue justru makin berantakan."

Altair tersenyum tipis, kemudian melepaskan napas panjang. "Kenapa bisa berantakan?"

Zave bangkit perlahan dari ranjang, berjalan mendekati jendela. "Nggak mungkin gue hidup cuma gara-gara liat muka lo tiap hari."

Altair bersandar di dinding, menatap Zave yang kini berdiri memandangi luar jendela. "Ya, emang nggak mungkin."

Zave mengangguk pelan. "Gue mau mandi."

Altair berdiri dan meregangkan tubuh. "Oke. Gue mau turun buat sarapan."

Zave menoleh dan tersenyum tipis. "Bikinin gue juga, tapi jangan basi kayak omongan lo tadi."

Altair tertawa kecil sambil berjalan keluar. "Jahat lo, tapi gue ambil itu sebagai pujian."

Zave kembali duduk di ranjang, merenung sejenak, sebelum senyum manis kembali tersungging di bibirnya. "Al, lo kakak terbaik yang pernah gue punya," bisiknya sebelum akhirnya beranjak.

✧✧✧

"Kak Zave!"

"Kak, sini!"

MEGAVERSE : ZAVE DAN ORA ( On going || revisi ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang