Pagi itu, Ora memasuki ruangan kelas dengan langkah pelan. Suasana kelas terasa sibuk seperti biasanya, dengan suara obrolan teman-temannya yang saling menyapa dan bersenda gurau. Namun, di balik keriuhan itu, pikiran Ora masih terpaku pada peringatan kakaknya semalam tentang Zave. Ia merasakan campuran antara kekhawatiran dan rasa ingin tahu yang tak terbendung.
Dia segera menuju tempat duduknya di dekat jendela, mencoba fokus pada pelajaran yang akan dimulai. Namun, bayangan Zave terus menghantui benaknya.
"Apa aku harus jaga jarak sama kak Zave?" Gumam Ora dalam hati, sembari membuka buku catatannya.
Saat pelajaran hampir selesai, pintu kelas Ora tiba-tiba terbuka, membuat suasana seketika berubah. Tiga sosok kakak kelas masuk, saat Axel, Zave, dan Altair masuk ke kelas Ora. Meski mereka bertiga terlihat seperti siswa biasa di mata teman-teman sekelas Ora, tidak ada orang yang tahu tentang kebenaran di balik mereka—anggota dari Megaverse, sebuah organisasi rahasia yang kekuatannya jauh melebihi siswa biasa. Tidak ada yang tahu tentang keberadaan Megaverse selain anggotanya, dan mereka semua menjaga rahasia itu dengan sangat ketat.
Semua mata langsung tertuju pada mereka. Axel maju ke depan kelas dengan senyum lebarnya, sementara Zave dan Altair hanya berdiri di belakangnya, mematung dan tak menunjukkan ekspresi apa pun. Zave, seperti biasa, memasang wajah malas, matanya menyapu seluruh ruangan sebelum akhirnya berhenti pada Ora. Sekilas, Ora merasakan tatapan tajam Zave, penuh ketidaktertarikan, tapi ia tahu Zave cukup sadar akan kehadirannya. Ora menghela napas pelan, sudah terbiasa dengan sikapnya yang dingin.
Axel berdiri di depan kelas dengan senyum santainya, siap menyampaikan pengumuman dari kepala sekolah. "Hai semuanya! Ada informasi penting nih buat kalian semua," katanya dengan suara lantang. "Nanti pas jam istirahat, kita semua disuruh kumpul di lapangan. Kepala sekolah mau ngasih info soal lomba yang bakal diadakan."
Murid-murid di kelas mulai berbisik-bisik, penasaran dengan apa yang akan diumumkan. Ora sendiri merasa sedikit bingung. Pengumuman besar? Tentang apa?
Axel melanjutkan, "Nah, ini yang seru, bakal ada lomba jalan di karpet merah, kayak model gitu, tapi khusus buat couple dari setiap kelas. Setiap kelas wajib ngirim perwakilan!" Katanya dengan penuh semangat, sambil melambaikan tangan ke arah adik-adik kelasnya sendiri.
Seluruh siswa tiba-tiba heboh. Bisikan-bisikan di antara siswa semakin menjadi, membicarakan siapa yang bakal jadi perwakilan mereka. Ora merasa sedikit canggung mendengar kata "couple" dan melihat beberapa temannya mulai melirik ke arah dia.
Di belakang Axel, Zave masih memandang Ora dengan tatapan yang sama—malas, seperti tidak ingin ada di situ. Tapi Ora tahu, meskipun Zave terlihat dingin dan tidak peduli, ada sesuatu di balik tatapannya yang selalu membuatnya merasa diperhatikan, meski tidak secara langsung.
Sementara Axel mengakhiri pengumumannya dan bersiap pergi, Altair yang sedari tadi diam, hanya tersenyum kecil dan mengangguk ke arah Axel, lalu mereka bertiga keluar dari kelas. Saat mereka pergi, kelas Ora langsung riuh membicarakan siapa yang akan jadi perwakilan mereka dalam lomba couple itu.
Ora merasa jantungnya sedikit berdegup cepat. Siapa yang akan dipilih? Dan mengapa tatapan Zave tadi terasa begitu sulit diabaikan?
Ora diam, mendengarkan pengumuman sambil berpikir. Di satu sisi, dia penasaran dengan lomba ini, tapi di sisi lain, pikirannya masih sibuk dengan apa yang dia tahu tentang Zave dan yang lainnya. Megaverse bukan organisasi sembarangan. Mereka punya misi yang lebih besar daripada sekadar urusan sekolah, dan Ora mulai merasa bahwa ada sesuatu yang lebih dalam yang sedang terjadi.
Tadi, sebelum mereka bertiga keluar kelas, Zave sempat melirik Ora sekali lagi. Tatapan dinginnya, seperti biasa, sulit diabaikan. Meskipun tidak ada yang tahu tentang Megaverse, Ora merasakan ada beban besar yang dibawa oleh mereka bertiga—beban yang hanya sedikit orang bisa pahami.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEGAVERSE : ZAVE DAN ORA ( On going || revisi )
Fiksi RemajaDalam dunia yang penuh rahasia dan kekuatan tersembunyi, Zave dan Ora terjebak dalam konflik yang lebih besar dari diri mereka. Meski Zave terus menolak, kelembutan Ora perlahan mulai meruntuhkan dinding yang ia bangun di sekeliling hatinya. Tapi ak...