Extra Part 3

692 44 5
                                    

Maven menggeliat tak karuan di bawah Lucius. Tubuhnya merespon setiap sentuhan dan gesekan itu. Sementara itu Lucius tidak bisa menahan hasratnya lagi untuk berada di dalam Maven. Dia kemudian memosisikan dirinya sambil menuntun pinggul Maven.

"Siap?" tanya Lucius, terdengar serak.

Maven mengangguk, cukup untuk menunjukkan seberapa besar dia menginginkan ini. Lalu dalam satu gerakan, Lucius mendorong kemaluannya masuk ke dalam Maven. Erangan pun keluar dari bibirnya.

Saat merasakan kejantanan Lucius menghantamnya, Maven tersentak sambil mencengkeram bantal sofa. Butuh waktu sejenak bagi Maven untuk menyesuaikan diri dengan sensasi itu.

"Kau baik-baik saja?" tanya Lucius.

"Ya," desah Maven, suaranya gemetar. "Jangan berhenti..."

Lucius meremas pinggul Maven lebih erat saat mulai bergerak dalam tempo yang lambat tapi kuat. Mereka berdua lalu mengerang kenikmatan. Lucius menempelkan dadanya ke punggung Maven. Dia menggigit lehernya sambil terus bergerak.

"God, you feel so good," bisik Lucius di telinga Maven. Suaranya berat karena nafsu. "So tight, so hot."

Maven hanya mampu mengerang dan mendesah. Selama beberapa saat, kenikmatan itu semakin memuncak ketika Lucius mempercepat gerakannya. Kejantanan yang menancap cukup dalam di tubuhnya membuatnya mendesah parau. "Lucius... a-aku... aku tak bisa-"

Lucius menarik rambut Maven ke belakang dengan lembut. "Kau bisa, sayang. Tahan demi aku."

Dia gemetar setiap kali menggesek alat vitalnya di dalam dengan tergesa-gesa. Mungkin dia juga takkan bertahan lama dengan pemandangan Maven yang terangsang di bawahnya. Namun dia menggertakkan giginya, tetap mencoba bertahan selama mungkin.

Maven mengeluarkan erangan saat berusaha menahan. Lucius sendiri tak mampu bertahan lebih lama lagi. Cairan kenikmatan di dalam dirinya siap pecah kapan saja, membuatnya semakin liar. Dia tak bisa menolak ketika mendengar Maven meminta lebih. Kemaluannya menghentak lebih keras hingga Maven menjerit.

Maven hampir mencapai klimaks, tapi dia menunggu Lucius menghentakkan kemaluannya sekali lagi, dan pria itu memang menghantamnya. Maven tercekat. Tubuhnya menegang dan air maninya muncrat saat diterpa gelombang kenikmatan.

Pelepasan Lucius menyusul beberapa saat kemudian. Setelah menekan alat vitalnya ke dalam Maven, perlahan dia menarik diri. Mereka berdua terengah-engah dan kelelahan. Kepala Lucius bersandar di bahu Maven ketika berusaha mengatur napas. Dia bergeser sedikit supaya dapat memeluk lelaki itu dan mengecup lehernya.

Sama halnya dengan Lucius, Maven begitu kelelahan. Dia mengembuskan napas sambil gemetar karena puas. Dia mendekat ke Lucius dan membenamkan wajah di lekuk lehernya. Rasanya begitu hangat dan nyaman hingga dia bisa langsung tertidur saat itu juga.

Lucius terkekeh pelan sambil mengusap rambut Maven. "Sayang, ayo pindah ke kamar supaya tak perlu tidur di sini."

Maven hanya mengerang pelan, dan Lucius tertawa lagi karena tahu betapa lelahnya pria itu karena aktivitas bercinta mereka. Namun dia tahu kalau mereka berdua harus mandi dan bersih-bersih sebelum tidur. Lucius pun duduk dan menarik Maven bersamanya.

"Sayang," katanya dengan suara lembut. "Ayo mandi dulu, baru kau bisa tidur sepuasnya."

Maven akhirnya membiarkan dirinya ditarik dari sofa. Dia tersandung sedikit saat mencoba berdiri dengan kaki yang gemetar. Untungnya Lucius langsung melingkari pinggangnya dan membopongnya saat mereka berjalan menuju kamar mandi.

Kegiatan mandi itu cukup singkat sebelum mereka akhirnya bisa istirahat. Lucius mengawasi Maven dengan saksama saat mereka mandi, memastikannya tak tertidur sambil berdiri. Begitu selesai, mereka berdua terhuyung-huyung ke kamar dan jatuh terkapar di kasur.

Perfect PredatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang