• Chapter 12 •

142 6 0
                                    

"Sumpah demi apa pun, nanti aku mau pindah negara! Aku sungguh tidak sanggup terjebak di kemacetan ini lebih lama lagi, ya Tuhan," keluh gadis ini. Kanan, kiri, depan, dan belakangnya penuh dengan kendaraan, sementara dia sedang terburu-buru.

Mencoba bersabar, gadis itu memajukan motornya perlahan-lahan mengikuti kendaraan di depannya. Setelah ada celah, dia berbelok dan mengebut melewati celah itu agar bisa cepat sampai.

Perjuangannya tidak sia-sia. Dalam waktu 15 menit, dia sampai di sebuah gedung berlantai 3. Langsung saja dia memarkir motornya di halaman gedung itu yang fungsinya sebagai tempat parkir.

Sekarang, pintu kaca sudah berdiri di hadapannya. Dengan terlebih dahulu mengatur napas, gadis itu menarik gagang pintu dan masuk.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" sambut seorang pegawai di sana ramah.

Gadis itu memperlihatkan ponselnya. Belum sempat dia mengatakan apa-apa, karyawan di tempat itu sudah mengangguk paham. "Ruangan Bu Catherine ada di lantai tiga. Nanti setelah turun dari lift, kau lurus saja sampai melihat tulisan nama beliau di pintunya. Itu ruangan beliau," ujarnya ramah.

Gadis itu pun tersenyum. "Terima kasih."

Tidak mau membuang waktu lagi, cepat-cepat dia memasuki lift dan menuju ke lantai tiga. Tak butuh waktu lama untuknya sampai di sana. Persis seperti yang dikatakan gadis tadi, dia berjalan lurus sambil melihat-lihat pintu ruangan di sekitarnya. Tepat di ruangan paling ujung, dia melihat nama yang dimaksud.

"Oke, berarti benar, ini ruangannya," gumamnya. "Permisi," ucapnya sambil mengetuk pintu sebanyak tiga kali.

"Masuk," jawab suara dari dalam.

Gadis itu mendorong pintu perlahan-lahan, lalu mulai melangkahkan kaki masuk. Seorang wanita berambut cokelat terang duduk menghadap laptop di ruangan itu. Ketika melihatnya, wanita itu menutup laptopnya dan tersenyum.

"Please," Wanita itu menunjuk ke kursi di hadapannya, memberi isyarat agar dia duduk di situ.

"Bu, saya melihat di media sosial, instagram, bahwa Ibu sedang mencari seorang asisten. Saya ingin melamar untuk posisi itu, Bu," ucap gadis itu dengan sopan. "Ini berkas-berkas yang diperlukan." Ia mengeluarkan sebuah map dan memberikannya pada wanita di hadapannya tersebut.

Wanita yang tak lain adalah Catherine itu membuka map tersebut, lalu menutupnya lagi setelah beberapa detik. "Bisa jelaskan tentang dirimu? Saya lebih senang mendengar semuanya langsung."

Gadis itu mengangguk. "Nama saya Alzena Maleeka. Saya punya pengalaman selama bertahun-tahun menjadi seorang event organizer---"

"Bertahun-tahun?" sela Catherine. "Usiamu sekarang saja ...." Dia membuka kembali map itu dan melihat salah satu dokumen yang dilampirkan. "Masih 20 tahun, benar?"

Gadis bernama itu Alzena garuk-garuk tak gatal rambutnya dan tersenyum canggung. "Sebenarnya ... dulu orang tua saya juga mengelola sebuah event organizer, Bu, tapi sudah bubar. Jadi, saya memang sudah mengenal pekerjaan itu sejak saya masih kecil," jelasnya.

Catherine mengangguk-angguk. "Jadi, pada dasarnya kau memang sudah akrab dengan dunia event organizer?"

"Benar sekali, Bu," jawab Alzena dengan anggukan semangatnya.

"Baiklah. Sekarang, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan," ucap Catherine. "Seperti yang kau bilang, kau sudah lama mengenal dunia EO, bukan? Jadi, acara apa saja yang pernah kau tangani?"

Never EndsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang