• Chapter 13 •

138 8 0
                                    

Alzena gelagapan, terkejut mendengar teriakan itu. "Di mana pencurinya?" tanyanya panik sendiri.

Tak sampai sedetik, Alzena memejamkan mata lagi dan kembali berbalik membelakangi pria itu. "Dasar bodoh! Tutupi dulu tubuhmu!" serunya.

Prince spontan membuka mata dan meraih selimut untuk digukanan menutup tubuh bagian atasnya. "Kau? Bagaimana kau bisa berada di sini? Berani-beraninya kau memasuki kamarku tanpa seizinku?! Apa yang kau cari? Kau pasti mau mencuri, kan?!" tuduhnya beruntun.

"Hey!" seru Alzena berbalik menunjuk Prince dengan jari telunjuknya, tapi dia cepat-cepat kembali memejamkan mata dan berbalik menghadap ke arah sebelumnya. "Dasar tidak tahu terima kasih! Aku ke sini karena Ibumu menyuruhku membangunkanmu! Dasar anak manja!"

"Eh, eh, eh, apa katamu tadi? Anak manja?" Prince turun dari tempat tidur dan berdiri di depan Alzena, masih sambil menutupi dirinya dengan selimut. "Kau yang tidak tahu sopan santun! Kau masuk ke kamar pria begitu saja dan mengusik privasinya. Itu melanggar hukum!" 

Alzena menggeram, masih sambil menutup mata dengan kedua tangannya. "Dengar, aku tidak peduli soal hukum, aku hanya menjalankan tugasku!"

"Alasan!" sahut Prince mengibaskan tangannya, hal itu membuat selimutnya melorot dan Alzena cepat-cepat berbalik lagi ke arah lainnya. "Gara-gara kau, tubuhku yang polos dan suci ini malah jadi ternoda, kan!" omel pemuda itu.

"Tubuhmu yang ternoda katamu? Justru mataku yang suci ini yang ternoda gara-gara kau!" tandas Alzena.

Prince kembali bergerak dan berdiri di depan Alzena. "Salahmu sendiri masuk ke kamarku! Kau kan bisa memanggilku dari luar."

"Hey, Bung! Aku juga sudah memanggilmu dari luar, bahkan sampai berkali-kali! Tapi pendengaranmu saja terganggu!" timpal Alzena lantang. "Sudah, sekarang lebih baik kau cepat-cepat mandi dan berpakaian agar aku bisa langsung mengantarmu ke kampus," lanjutnya.

"Kau? Mau mengantarku ke kampus? Yang benar saja?" Prince tertawa terbahak-bahak.

Alzena membuka mata, persetan dengan matanya yang ternoda akibat melihat badan pria itu, toh sejak tadi matanya sudah ternoda juga. "Kenapa? Apa yang lucu? Aku bisa menyetir sepeda, motor, mobil, bahkan truk. Bukan sepertimu yang sudah dewasa tapi masih minta diantar ke mana-mana seperti anak TK," katanya setengah mengejek.

Tawa Prince berhenti. "Hey, Nona, enak sekali bicaramu, ya? Aku juga bisa menyetir. Jangankan truk, aku bahkan bisa menerbangkan pesawat," balasnya sombong.

Alzena tertawa terbahak-bahak. "Tentu saja, siapa yang tidak bisa menerbangkan pesawat kertas?"

Prince membelalak tak percaya. "Kau---"

"Prince ...! Semuanya baik-baik saja?"

Suara itu memotong perkataan Prince. Pria muda yang masih asyik menyelimuti dirinya dengan selimut itu kembali membelalak, sadar suara siapa yang terdengar itu. "Bibi Shayra," ucapnya.

"Siapa itu bibi Shayra?" tanya Alzena.

"Tetanggaku," jawab Prince cepat. "Ayo cepat sembunyi, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan saat Bibi Shayra bertanya nanti. Cepat," Prince mendorong Alzena masuk ke kamar mandinya, lalu menutup pintu dan dia keluar kamar. Tak lupa juga dia menutup pintu kamarnya; sebagai perlindungan ganda.

"Dasar pria bodoh, paling tidak pakai baju dulu," maki Alzena, tapi dengan suara teramat pelan.

Sementara di luar, Prince sampai di ujung tetangga ketika Shayra juga sampai di atas tangga. Wanita itu ternganga melihat penampilan Prince.

"Bibi Shayra, ada apa?" tanya Prince ramah, berusaha menutupi tubuhnya dengan kedua tangan meski itu sia-sia.

"Justru Bibi yang tanya padamu, kau yang ada apa? Bibi tadi dengar teriakan dari sini. Kau baik-baik saja, kan? Atau ada apa? Dan ke mana bajumu? Kenapa kau begitu?" Shayra mulai menginterogasi.

Never EndsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang