Cinta itu memang gila. Benar. Cinta juga buta. Lagi-lagi itu benar. Shayra sudah tidak berharap apa pun soal masa depannya bersama Arshan, tetapi dia sungguh tidak merasa keberatan jika Arshan mengajaknya rujuk kembali. Bodoh? Memang.
Akan tetapi, jika takdirnya memang harus berpisah, Shayra siap. Buktinya, 12 tahun ini ia bisa hidup tanpa pria itu. Hanya berdua dengan Kaluna, dan semuanya baik-baik saja. Ya, anggap saja begitu.
Shayra sudah sangat hafal dengan sifat Arshan, juga terlalu terbiasa dengan setiap tindakan pria itu. Dan, ya, orang-orang pasti akan mengatainya bodoh jika dia bersedia bersama dengan pria itu lagi. Namun, apa boleh buat? Shayra mencintainya. Pria itu sebenarnya baik, hanya saja sedikit tidak bisa mengendalikan amarahnya.
Setelah pembicaraan mereka soal perceraian secara resmi pagi tadi, mereka tidak mengobrol meski hampir seharian ini bersama di kantor. Bahkan, setelah ini, jelas mereka akan bertemu terus, mengingat Arshan yang sekarang bekerja sama dengan Kavi, dan dia juga sudah lama bekerja sama dengan Kavi.
"Shayra,"
Shayra tersadar dari lamunannya, mendapati Daniel berdiri di depan gerbang. Pria itu tidak mengatakan apa-apa, tetapi Shayra tahu dia minta dibukakan pintu dan ingin masuk.
"Terima kasih," ucap pria itu setelah Shayra membukakan gerbang untuknya.
Shayra hanya membalas dengan senyuman dan kembali duduk. Di depan rumahnya, ada sepetak taman yang biasa ia gunakan untuk duduk-duduk bersantai. Ah, tidak, lebih tepatnya duduk-duduk merenung dan overthinking memikirkan masalah.
"Shayra, ini untukmu,"
Shayra mendongak saat satu cone ice cream tiba-tiba terjulur padanya. Sudah pasti, itu Daniel yang memberikan.
"Terima kasih." Sekarang giliran Shayra yang berterima kasih sembari menerima es krim itu.
Daniel kemudian duduk di sebelah Shayra. "Aku tadi melihatmu melamun sendirian di sini, jadi kupikir mungkin es krim bisa memperbaiki mood-mu," ucapnya memulai pembicaraan.
Shayra lagi-lagi tersenyum kecil dan tidak merespons dengan kata-kata, sebab mulai sibuk membuka bungkus es krim itu.
"Umm, Shayra, apa pria pagi tadi benar-benar suamimu? Jadi, kau belum bercerai?" tanya Daniel.
Shayra mengurungkan niat untuk menyantap es krim tersebut. Terdiam beberapa saat, dia mengangguk. "Well, aku tidak tahu dia masih suamiku atau bukan. Kami sudah tinggal terpisah dan hampir tidak pernah bicara selama 12 tahun ini, tetapi kami tidak pernah bercerai secara resmi," paparnya.
Daniel adalah tetangganya, yang pindah ke komplek ini dua tahun lalu. Rumahnya persis berada di sebelah rumah Shayra. Pria itu seorang duda, istrinya meninggal tujuh tahun lalu. Anak-anaknya sudah dewasa dan tinggal terpisah darinya. Begitu yang dia katakan pada Shayra entah kapan tepatnya.
Shayra tidak tahu, tapi rasa-rasanya Daniel memiliki ketertarikan terhadapnya. Pria yang selalu bersikap ramah pada semua orang itu selalu memberikan perhatian maupun hal-hal kecil untuk Shayra. Contohnya seperti oleh-oleh pagi tadi. Setiap kembali dari perjalanan bisnisnya, Daniel pasti akan membawakan oleh-oleh untuk Shayra. Apa pun itu.
Selain suka membawakan oleh-oleh, Daniel juga begitu perhatian. Seperti dulu, ketika Shayra terjebak hujan deras di jalanan yang lumayan sepi dan mobilnya mogok. Shayra menelpon Kaluna untuk memberitahu kalau dia akan terlambat pulang, tetapi tiba-tiba Daniel datang dengan mobilnya untuk menjemput Shayra.
Bukan hanya itu, ketika Shayra membutuhkan bantuan, semisal untuk memperbaiki antena TV, pria itu selalu siap menawarkan bantuan dan melarang Shayra untuk memanggil teknisi. Intinya, dia selalu ingin ada untuk Shayra, dan Shayra yang sering tidak enak untuk menolak, menerima saja bantuan atau apa pun itu selagi tidak berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Ends
RomanceKehilangan suami dan dua anak sekaligus, bagaimana rasanya? Demi mencari Kaluna yang kabur, Shayra yang sangat panik tak mau mendengarkan Arshan dan memutuskan langsung mencari Kaluna bersama kedua putrinya yang lain, Shannara dan Advika. Kaluna b...