Net masuk ke dalam mobilnya dengan lesu. Tenaganya seperti terkuras habis siang ini.
Pagi-pagi sekali dia sudah harus berangkat untuk meeting dengan sponsor GNM. Karena lokasi kantornya cukup jauh dari pusat kota, maka perjalanan yang ditempuh Net lumayan panjang.
Dengan perut yang cuma terisi kopi hangat, ditambah makan siang yang terlambat. Bersyukur lambung Net tidak mulai perih sampai sekarang.
"Lebih baik aku mampir ke restoran sebelum pingsan." gumam Net, sambil menyalakan mobil dan menjalankannya pelan.
Iris hitam Net menyapu sisi jalan, mencari restoran yang tidak terlalu ramai. Sampai akhirnya dia menemukan restoran yang dikelilingi tanaman hijau, membuat orang merasa sejuk walau cuma sekilas melihatnya.
Setelah memarkir mobilnya, Net berjalan pelan memasuki teras resto. Matanya melihat pria, yang sepertinya karyawan disitu, sedang mengambil alat makan kotor sekalian membersihkan meja.
Mungkin karena mendengar langkah sepatu Net, pria itu berbalik dan menyapa Net.
"Selamat datang, silahkan.." sapaan pria itu terhenti. "Khun Net!"
Net membatu sejenak, mencoba mengingat orang di depannya.
"Phi Mark!"
●○●○●
Nam berjalan cepat, sesekali berlari setelah turun dari bus tadi. Melepas rindu dengan sang ibu membuatnya lupa waktu, padahal siang ini dia harus masuk kerja.
"Semoga mood phi Mark sedang baik hari ini.." Nam bergumam sepanjang jalan dari halte bus. Sebenarnya dia ingin berlari dari tadi, tapi dia takut asmanya kambuh. Jadilah Nam cuma berani berjalan cepat.
Melihat teras resto dari jauh yang sepi pengunjung, Nam sedikit bernapas lega. Dia langsung menuju halaman belakang resto dan masuk lewat pintu karyawan.
"Maaf aku terlambat.." ujar Nam disela-sela napasnya yang memburu.
"Hei, tenang dulu. Ambil napas yang benar." Park buru-buru menuang air minum untuk Nam. "Duduk dulu, luruskan kakimu."
Nam duduk di kursi panjang ruang loker, meluruskan kakinya dan menarik napas dalam-dalam. Setelah napasnya kembali normal, dia menerima gelas dari Park kemudian meminumnya perlahan.
"Phi Mark dimana?" tanya Nam setelah melihat sekeliling ruangan.
"Dia sedang mengobrol dengan teman lamanya di depan. Sekarang kau ganti baju dan jaga counter depan ya." jawab Park, disambut anggukan oleh Nam.
Setelah memakai seragam kerja dan apron, Nam sekali lagi mengecek penampilannya di cermin. Setelah dirasa sudah pas, dia keluar dari ruang loker.
"Nam, kau benar-benar tidak ingat resep matcha cookies yang waktu itu?" tanya Park. Dia dan Nam sedang berjalan melewati lorong samping gudang stok, yang menyambungkan dapur ke bagian depan restoran.
"Aku bahkan tidak ingat kalau aku bisa masak." jawab Nam.
"Separah itukah amnesiamu?"
Nam hanya mengangkat bahunya. "Yang pasti sekarang aku belum ingat apapun." dia terlihat berpikir. "Yang aku ingat sih terakhir masak spageti instan dengan pacarku.." gumamnya, tidak sadar kalau suaranya terdengar jelas oleh Park.
