Nam berjalan gontai dari halte bus. Setelah menguping dari ruang rawat James tadi, dia memilih duduk di taman rumah sakit. Cukup lama dia merenung disitu, sampai tak terasa matahari sudah tergelincir dan semburat jingga terlihat.
Padatnya jalanan di jam pulang kerja membuat Nam baru tiba setelah gelap. Walaupun tubuhnya sudah lelah, Nam tidak yakin bisa tidur nyenyak malam ini. Masalah Black Daisy masih menggantung di pikirannya.
"Kemana saja kau, jam segini baru pulang?"
Tubuh Nam tersentak. Keng sudah duduk di teras rumah, dengan wajah yang terlihat tidak bersahabat.
"Aku.. dari minimarket sebentar." jawab Nam sedikit terbata-bata.
"Jangan bohong. Aku menunggu disini hampir 30 menit. Kau bilang hari ini mau istirahat dirumah, ternyata kau pergi keluar." ujar Keng. "Kemana kau?"
Nam menghela napas keras-keras. "Aku ada urusan mendadak, phi.. Tadi aku sudah makan siang kok, obat juga sudah aku bawa." jawabnya. "Jangan khawatir berlebihan.."
"Urusan apa? Kenapa kau bohong? Kalau kau jujur aku bisa mengantarmu tadi." Keng masih saja mencecar Nam.
Emosi yang biasanya bisa ditahan, sekarang sudah mencapai ujung kepala. Masalah Black Daisy, ditambah Keng yang protektifnya sudah berlebihan, membuat pelipis Nam berdenyut.
"Phi, kan sudah kubilang ini urusan mendadak. Lagipula aku sudah dewasa, kau tidak perlu antar jemput terus menerus." Nam masih berusaha menahan suaranya. "Aku mengerti kau khawatir, tapi aku juga masih punya privasi."
Mata Keng menatap tajam, "Karena tubuhmu sekarang bukan milikmu, mudah sekali kau bicara seperti itu."
Iris Nam membulat sempurna, kemudian membalas tatapan Keng. "Apa maksudmu?"
Keng terdiam, tapi terlihat gelisah.
"Phi, apa maksud ucapanmu tadi? Kenapa kau bicara begitu?" kali ini Nam yang berbalik mencecar.
"Ini sudah malam. Lebih baik kau istirahat." Keng mengalihkan pembicaraan, kemudian buru-buru berjalan meninggalkan Nam.
"Phi! Phi Keng!" Nam berteriak. "Phi! Jawab pertanyaanku!"
Nam berniat mengejar Keng, tapi dadanya sudah mulai sesak. Kalau memaksakan diri dia takut asmanya akan kambuh lagi.
Beban pikiran Nam sekarang bertambah lagi. Kenapa Keng berkata seolah-olah dia tahu semua masalah ini.
"Haiisshh kepalaku rasanya mau pecah.." Nam menyalurkan emosi dengan mengacak-acak rambutnya. Malam ini sepertinya bakal jadi malam yang panjang untuk Nam.
●○●○●
Net masih duduk diam di meja kerjanya. Tangannya terlihat memegang bolpoin, tapi matanya menerawang memikirkan hal lain.
"Bos ingat perempuan yang menarik tanganmu waktu di lobi rumah sakit?" tanya Chaikamon.
Net mengangguk. "Namanya Nam. Dia ternyata karyawan phi Mark di restorannya." terangnya. "Memang dia kenapa?"
"Tadi sebelum kau keluar ruang rawat khun James, anak itu diam di depan pintu. Seperti berniat mengintip atau mencuri dengar."
"Kau juga merasa ada yang aneh dengan dia?" tanya Net lagi.
Chaikamon mengangguk. "Apa perlu kuselidiki?"
Net terlihat berpikir, "Tidak perlu. Kalau memang dia ada urusan denganku, pasti dia akan datang lagi."
![](https://img.wattpad.com/cover/375902270-288-k98980.jpg)