James tersentak. Dia terbangun di tempat serba putih, begitu pula dengan baju yang melekat di tubuhnya.
"Apa aku sudah..."
Belum menyelesaikan kalimatnya, James dikagetkan dengan cahaya terang dari sebelah kanannya. Mata James memicing, berusaha menahan hujaman cahaya yang terasa menusuk retinanya.
"Khun James.."
Dari balik cahaya itu, muncul seorang gadis yang tidak asing di mata James. "Nam.."
Gadis itu tersenyum. "Maaf, kau harus terlibat sampai sejauh ini." ujarnya. "Aku tidak punya kuasa untuk menahan phi Keng.."
James beralih memeriksa dirinya. Dia sudah kembali ke tubuh aslinya, tapi ini dimana?
"Apa aku juga sudah dibawa ke langit oleh malaikat?" tanya James.
Nam menggeleng. "Waktumu belum tiba, khun. Kau masih punya waktu untuk membahagiakan orang-orang tersayangmu."
James menunduk. "Tapi aku tidak berhasil membujuk Keng. Batas waktu phi Tommi bisa membantuku hanya sampai besok."
"Semua masih bisa terjadi, khun." jawab Nam. "Tetaplah percaya pada takdirmu."
James tersenyum tipis, kemudian mengangguk. Melihat itu, Nam ikut tersenyum. Tak lama dia berbalik dan melangkah meninggalkan James.
"Tunggu, Nam! Kau mau kemana?!"
Nam menoleh. "Tempatku bukan disini, khun. Aku harus pergi.."
Cahaya menyilaukan itu kembali muncul, membuat James refleks menutup matanya.
'Phi Keng, aku harap kau bisa menemukan bahagia yang lain.. Aku menyayangimu..'
●○●○●
Keng tertegun mendengar penjelasan dokter, saat memeriksa hasil rontgen paru-paru Nam.
"Saluran napasnya sudah sangat parah. Aku takjub dia masih bisa bangun dan bergerak dengan kondisi paru-paru seperti ini." ujar dokter. "Kalau dia sadar nanti, Nam harus memakai nebulizer seumur hidupnya."
Keng kembali ditampar kenyataan, sikap egoisnya membebani Nam lagi. Tubuh Nam yang harusnya sudah tidak kuat, dipaksa hidup dan bergerak. Dia menggigit bibirnya, menahan air mata penyesalan yang berebut ingin turun.
Saat keluar dari ruangan dokter, Keng hanya diam melamun. Pandangannya kosong menatap entah kemana, hal itu membuat kedua orang tuanya khawatir.
"Keng, kau mau istirahat dirumah? Biar Po yang menjaga disini." tanya Tn. Buayoi. "Bawa saja mobil Po, kau dan Mae pulang dan istirahat."
Keng mengedip beberapa kali, kemudian menggeleng. "Biar aku yang jaga disini, kalian saja yang pulang."
"Kau yakin?" tanya Tn. Buayoi.
Keng mengangguk. "Setelah minum kopi pasti lebih baik." Dia ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersama Nam, sekaligus untuk meyakinkan keputusannya besok.
●○●○●
Net menatap langit malam dari jendela kamar rawat James. Melihat bulan yang sudah hampir bulat sempurna, Net ingat penentuan hidup mati James tinggal sebentar lagi.
Dia beralih menatap tubuh James, kemudian perhatiannya tertuju pada kertas yang terselip di balik bantal. Dengan perlahan, Net menarik kertas itu dan membuka lipatannya.