Nam baru saja selesai mandi. Helaian rambut pendeknya yang masih basah diusap pelan menggunakan handuk kecil.
Saat berjalan ke ruang tidurnya, Nam dibuat sedikit terkejut. Malaikat bernama Tommi itu terlihat duduk di ranjangnya.
"Phi?" panggil Nam. "Kali ini manusia atau malaikat?"
Wajar Nam bertanya begitu. Sejak roh James tersesat di tubuh Nam, indra keenamnya terbuka dan menyebabkan dia bisa melihat makhluk lain, selain manusia dan hewan.
"Malaikat. Kalau wujud manusia mana mungkin aku bisa masuk kesini." jawab Tommi. "Aku dapat sedikit info tentang roh gadis ini."
Mata Nam melebar. Dia langsung mendekat dan duduk di sebelah Tommi. "Info apa?" tanyanya dengan antusias.
Tommi terlihat ragu. Nam menyadari itu, "Sudah katakan saja, phi. Ditutupi malah membuat semuanya makin rumit."
"Gadis bernama Nam itu.." tenggorokan Tommi seperti tercekat. "..sebenarnya sudah meninggal."
"Hah! Kapan?!"
"Tepat saat tubuhmu koma dan rohmu keluar, gadis itu meninggal. Aku sempat bilang kan sempat membimbing roh seseorang sebelum menemuimu. Ternyata itu roh Nam.." ujar Tommi.
Alis Nam mengkerut. "Kau tidak tahu roh siapa yang kau bimbing?"
Tommi menggeleng. "Begitu roh keluar dari tubuh, malaikat langsung membawanya ke alam selanjutnya. Setelah itu kami sudah tidak ada urusan lagi."
"Lalu sekarang kau tahu dari mana soal ini?" tanya Nam lagi.
Tommi mengangkat telunjuknya sampai ke depan bibir. "Itu rahasia." jawabnya singkat. "Intinya.. sekarang kau menggantikan hidup seorang Nam."
Ekspresi Nam berubah tak senang. "Kenapa sekarang jadi aku yang menggantikan dia? Tubuhku masih ada dan aku masih hidup!"
"Kau juga tidak bisa kembali ke tubuhmu sendiri, kan?"
"Meskipun begitu tidak bisa seenaknya seperti ini! Keluarga dan kekasihku sedang menunggu aku membuka mata!" nada suara Nam meninggi. "Kau sebenarnya mau membantuku atau tidak? Kalau tidak mau biar aku sendiri yang bergerak."
Tommi menarik tangan Nam. "Aku akan membantumu sampai semuanya kembali normal.. Tenanglah.." ujarnya. Nam yang sudah berdiri ia bujuk untuk duduk kembali. "Aku tidak akan lepas tangan begitu saja, tugasku menjaga jalan takdir manusia yang sudah tertulis. Dan aku tahu takdirmu bukan berakhir begini."
Mata Nam terlihat berkaca-kaca. "Aku kasihan pada keluarga khun Keng, tapi James juga masih punya orang-orang yang menunggunya."
Tommi mengangguk. "Aku paham. Pasti berat untukmu, apalagi kau tidak punya orang lain untuk bercerita hal yang tidak masuk akal ini."
"Menurutmu apa yang membuat rohku sampai tersedot ke tubuh ini?" tanya Nam.
"Aku sempat merasakan ada kekuatan spiritual yang kuat sebelum rohmu masuk ke tubuh gadis ini. Tapi aku belum tahu dari mana sumbernya." jawab Tommi. "Aku janji akan mencari sumber kekuatan itu."
Nam menatap mata Tommi. Malaikan tidak mungkin berbohong, kan?
"Baiklah, aku pegang janjimu." ucap Nam. "Kalau begitu aku akan menemui khun Keng besok."
"Untuk apa?"
Nam melirik Tommi sebentar, kemudian lanjut mengeringkan rambutnya. "Untuk tanya apa saja kegiatan Nam. Apa dia kuliah atau sudah bekerja. Kau bilang sementara ini aku harus menggantikan dia kan?"
Tommi tersenyum. "Aku juga akan mencari tahu dengan caraku."
●○●○●