Seorang pemuda mungil terlihat kebingungan saat memasuki pelataran kuil. Dari wajah imutnya kelihatan sekali dia sedang panik.
"Phi, kau yakin ini tempatnya?" tanya pemuda itu pada seseorang di telepon.
"Yang penting kau ikuti petunjuk dariku, kau pasti sampai, Namping." jawab orang dari line seberang. "Kalau memang kau tersesat, tanyakan saja warga sekitar situ. Kuil itu sangat terkenal kok."
Pemuda yang dipanggil Namping itu memanyunkan bibirnya. "Baiklah, tapi kalau sampai sore belum ketemu juga aku pulang saja." sungutnya, kemudian mematikan sambungan telepon.
Namping berdiri di depan gerbang kuil yang sangat megah, sambil membaca tulisan di atasnya. Dia mencocokkan tulisan itu dengan yang ada di pamflet di genggamannya.
"Sepertinya benar ini. Tapi kuil di dalam ada banyak.." gumamnya. "Aku harus masuk ke kuil yang mana?"
Modal nekat, akhirnya Namping melangkah masuk ke dalam pelataran kuil. Hal pertama yang dia lihat adalah lapangan yang cukup luas, dan beruntungnya dia ada seseorang yang sepertinya adalah penjaga kuil ini.
Namping berjalan mendekati orang itu. "Permisi, khun.." sapanya sambil menepuk pelan bahu pemuda di depannya.
Setelah menengok, penjaga kuil itu malah diam memandangi Namping.
"Apa benar ini kuil yang dimaksud di dalam pamflet?" tanya Namping, berusaha mengabaikan pandangan terkejut pemuda tadi.
"Namping.."
Kali ini Namping ikut terkejut. Mereka baru saja bertemu, "Dari mana kau tahu namaku?"
"Apa maksudmu?" penjaga kuil itu malah balik bertanya.
Namping tersenyum manis, merasa kalau dia baru saja bertemu orang yang menarik. "Namaku Namping, khun.." dia melakukan wai. "Salam kenal."
●○●○●
Keng duduk di bawah pohon beringin keramat, ditemani angin sepoi-sepoi yang membelai lembut wajahnya. Tugasnya membersihkan pelataran dan lapangan kuil sudah selesai, dan sekarang dia sedang beristirahat sejenak.
Sebulan setelah pemakaman Nam, Keng mengikuti ujian akhir. Setelah lulus kuliah, dia memilih untuk fokus merawat kuil dulu dan menenangkan pikirannya.
Saat sedang melamun, Keng dikejutkan dengan minuman dingin yang disodorkan ke depan wajahnya.
"Untukmu, khun.." Namping tersenyum saat Keng melihat ke arahnya.
Keng menerima minuman itu, tapi hanya diam dan menatapnya. Sesekali matanya melirik Namping yang ikut duduk di sebelahnya.
"Khun.." panggil Keng.
Namping menoleh. "Kau bisa panggil aku Namping saja, kelihatannya kau lebih tua dariku." jawabnya. "Apa ada yang ingin kau tanyakan padaku?"
"Namamu.. benar Namping?" tanya Keng sedikit ragu.
Namping menghela napas, kemudian mengeluarkan kartu mahasiswanya. "Ini, apa bukti ini cukup bisa dipercaya?"
Keng melihat kartu itu, nama pemuda itu benar-benar Namping. "Maaf, bukannya aku meragukanmu. Hanya saja.. namamu sama persis dengan orang yang kukenal." jawab Keng. "Wajahmu juga.."
Namping tersentak, kemudian menoleh cepat ke arah Keng. Membuat Keng ikut terkejut.
"Kau kenal dengan orang yang bernama sama denganku?!" tanya Namping.
Keng mengangguk. "Dia temanku sejak kecil."
Mata Namping berbinar. "Benarkah?! Boleh aku bertemu dengannya?"
