Bagian 11

706 94 1
                                    

¤¤¤Nemu typo tandain ya!¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤
Nemu typo tandain ya!
¤¤¤

Hari-hari terlewati begitu saja, tidak banyak yang berubah. Semuanya berjalan begitu-gitu saja. Auriga masih sering mendapat perundungan dari Kevin, tapi ada kalanya juga anak itu selamat seharian. Entah karena mungkin Kevin sedang tidak minat mengganggunya, atau remaja itu sibuk dengan hal lain.

Seperti hari ini, sejak pagi hingga sekarang jam pulang sekolah. Auriga sama sekali tidak mendapat gangguan. Anak manis itu cukup bersyukur untuk itu.

Auriga melangkah pelan menuju gerbang, namun langkah anak itu tertahan saat tas punggungnya di tarik.

"Pulang bareng gue" Ujaran Hugo membuat Auriga menoleh.

"Tapi supir..." Auriga hendak mengelak.

"Udah gue kasih tau buat gak jemput lo" Potong Hugo lebih dulu.

Auriga hanya bisa mengangguk lalu mengekori Hugo menuju parkiran.

"Masuk, gak usah lihat kemana-mana!" Seru Hugo saat melihat Auriga menatap Kevin yang tengah duduk diatas motornya, remaja itu terlihat tengah bercanda dengan teman-temannya.

Auriga langsung masuk sesuai perintah abang tirinya, dari pada dimarahin lebih baik menurut saja.

"Hari ini daddy sama nyokap lo pulang. Mungkin udah di rumah, biar kelihatan akrab lo balik sama gue kali ini" Ujar Hugo menjelaskan tanpa di minta.

Auriga akhirnya paham, anak itu bahkan baru sadar jika sudah hampir sebulan terlewati. Kurang beberapa hari saja genap satu bulan sejak ayah tiri dan ibunya pergi.

Selama perjalanan suasana mobil hening, emang apalagi yang bisa mereka bahas.

Namun belum sampai di rumah, mobil Hugo berhenti dahulu di pinggiran jalan besar yang banyak terdapat deretan toko.

"Turun" Titah Hugo lalu turun lebih dulu.

Auriga patuh anak itu turun mengikuti abang tirinya.

"Lo mau minuman apa?" Tanya Hugo, ternyata remaja itu mampir untuk membeli minuman di sebuah kedai minuman berasa.

Auriga yang sangat jarang membeli minuman seperti ini. Sedikit bingung memilih, jadi anak itu malah asal tunjuk saja di bagian menu yang tertempel di kaca etalase.

Hugo mengangguk pelan melihat apa yang Auriga tunjuk. Entah kebetulan atau bagaimana, minuman yang adik tirinya pilih adalah menu yang rutin dia beli di kedai ini.

"Avocado coffe-nya dua mbak" Seru Hugo pada penjaga kedai.

Wanita muda itu mengangguk lalu mulai membuat pesanan. Hugo berdiri di sana sambil memainkan kunci mobilnya, sedangkan Auriga juga diam sesekali melirik bagian toko yang ia anggap menarik.

Tak lama pesanan selesai, Hugo lekas membayar dan keduanya kembali masuk ke mobil.

Auriga langsung mencoba minuman yang abang tirinya belikan untuknya, ternyata rasanya enak.

AURIGA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang