Bagian 16

758 119 5
                                    

¤¤¤Nemu typo tandain ya!¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤
Nemu typo tandain ya!
¤¤¤

Keesokan harinya sepulang sekolah dan sehabis makan, Aurel menitipkan Hugo pada Auriga. Ibunya itu bilang coba temankan Hugo di kamarnya, karena remaja itu tidak di bolehkan masuk sekolah hari ini. Perkara kakinya yang lecet dan terkilir sedikit. David juga melarangnya keluar rumah, sehingga Aurel berpikir mungkin Hugo akan bosan sendirian.

Auriga sebenarnya mau saja, cuman anak itu tak yakin. Hugo pasti mengusirnya pikirnya, abang tirinya itu kan gak suka padanya.

Auriga naik ke lantai dua dengan membawa sebuah nampan, ada sepiring buah potong dan segelas minunan coklat dingin, yang Aurel siapkan sebelum wanita itu berangkat pergi.

Auriga mengetuk pelan pintu kamar Hugo, dengan tangan satunya sedikit kesulitan memegang nampan.

Tak lama suara Hugo yang mempersilahkan masuk terdengar samar, sehingga Auriga berani membuka pintu itu.

Begitu masuk suara samar game online dari ponsel Hugo terdengar, remaja itu tengah asik diatas tempat tidurnya sambil bermain game.

Auriga mendekat dan meletakan nampan yang ia bawa di nakas samping tempat tidur Hugo. Dekat dengan abang tirinya itu.

"Riga di suruh mama buat temankan Abang" Serunya sedikit ragu.

Hugo melirik sekilas Auriga sebelum kembali fokus pada ponselnya.

"Gue udah gede, gak perlu di temenin. Lo keluar aja sana, lagian temen gue juga pada mau mampir" Balas Hugo.

Auriga sudah menebak ini, Hugo mana mau di temankan olehnya. Anak itu mengangguk paham, lantas keluar dari kamar abang tirinya.

•••

Setelah tadi mengantar buah potong dan minuman untuk Hugo, tak lama teman-teman abangnya benar-benar datang. Bertepatan pula dengan Auriga yang mendapat pesan di grup kelasnya tentang alat dan bahan yang harus di bawa untuk pelajaran seni besok.

Mumpung teman abangnya sudah datang, jadi Auriga memutuskan untuk izin lewat pesan pada ibunya. Untuk pergi sebentar membeli benda-benda yang gurunya minta untuk dibawa besok, terkesan telat memberi informasi memang, tapi mau bagaimana lagi mungkin guru juga baru ingat.

Auriga mendekat pada pos satpam di dekat gerbang rumah. Biasanya supir yang mengantarnya pergi dan pulang sekolah ada disana hingga menjelang malam. Auriga mau minta tolong untuk diantarkan ke toko sebentar.

"Permisi Pak" Auriga menyapa hingga membuat tiga orang yang tengah mengobrol menoleh. Ketiganya langsung berdiri hingga membuat Auriga tak enak hati.

Karena menurut Auriga mereka tak perlu sebegitunya, apalagi mengingat ia lebih muda dari ketiga pria disana. Jujur para pekerja yang berada di area luar rumah memang lebih ramah padanya, ketimbang yang bekerja di dalam.

AURIGA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang