Bagian 18

673 122 3
                                    

¤¤¤Nemu typo tandain ya!¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤
Nemu typo tandain ya!
¤¤¤

Semakin naiknya matahari tubuh Auriga terasa semakin lemas. Anak itu terlihat pucat sekali saat mengikuti jam pelajaran. Badannya panas dan kepalanya juga pusing sekali.

Pandangannya bahkan sesekali mengabur saat menatap guru didepan.

Auriga memutuskan mengangkat tangannya, bersuara cukup lirih.

"Bu, saya mau izin ke UKS" Ujarnya pelan.

Untung saja suasana kelas yang hening membuat guru mampu mendengar ucapannya yang pelan dan lirih itu.

Guru mendekat, lantas beliau sentuh dahi Auriga.

"Kenapa tidak dari tadi, badan kamu panas begini. Tolong ketua kelas bantu Auriga ke UKS" Titah sang guru membuat sang ketua kelas langsung bertindak.

Tak lama Auriga sudah tiba di UKS, anak itu tak lupa mengucapkan terima kasih pada ketua kelasnya, bahkan Auriga juga meminta maaf karena membuatnya repot. Padahal tidak perlu seperti itu, bukankah sudah tugas ketua kelas merangkul dan membantu teman satu kelasnya.

"Kak, apa boleh saya minta painkiller?" Auriga berucap pelan saat dirinya tengah di periksa oleh salah satu murid yang menjadi anggota PMR di UKS.

Dokter jaga hari ini sedang ada urusan di rumah sakit, sehingga tak bisa masuk untuk hari ini. Jadi yang jaga hanya murid yang menjadi anggota PMR di sekolah.

Remaja perempuan itu hanya mengangguk saja, dirinya bangun dan menuju rak lemari obat-obatan UKS. Mencari benda yang Auriga minta.

"Minum satu saja ya" Ucap Remaja perempuan itu, sambil menyerahkan segelas air hangat juga untuk Auriga.

Anak itu mengangguk lantas menerima pil obat serta segelas air yang kakak kelasnya itu berikan.

Setelahnya Auriga di biarkan tidur di UKS.

•••

"Kamu yakin bisa sendiri?" Tanya remaja PMR yang sejak tadi ada di UKS bersama Auriga.

"Bisa Kak, makasi ya sudah rawat saya" Jawab Auriga sambil menerima tas ranselnya yang tadi diambilkan oleh kakak kelasnya itu.

Sekarang sudah jam pulang, karena anak itu tak kunjung membaik dari di bawa ke UKS tadi, sehingga di biarkan untuk di UKS hingga jam sekolah usai.

Auriga mulai bangun dengan pelan dari duduknya, sedikit menunduk pamit pada kakak kelasnya sebelum benar-benar pergi dari UKS. Sedangkan remaja UKS itu memandang kepergian Auriga dengan menghela nafas, masih tak yakin adik kelasnya itu bisa berjalan sendirian menuju gerbang, dirinya yakin Auriga masih tak cukup bertenaga karena lemas. Suhu tubuhnya saja masih panas, padahal sudah di beri paracetamol tadi. Dia juga sudah menyarankan untuk infus, tapi Auriga menolak.

Adik kelasnya itu cukup keras kepala rupanya.

Di sisi lain Auriga berjalan pelan, tangannya berpegangan pada tembok jejeran kelas. Untung sudah mulai sepi, Auriga juga berharap tak bertemu dengan rombongan Kevin si kakak kelas yang suka merundungnya tanpa belas kasih itu.

AURIGA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang