Bagian 15

814 113 2
                                    

¤¤¤Nemu typo tandain ya!¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤
Nemu typo tandain ya!
¤¤¤

Bell pulang sekolah baru saja berbunyi, menandakan pembelajaran hari ini telah usai di laksanakan. Auriga berjalan pelan menuju gerbang sambil bermain ponsel. Barusan ada pesan dari supirnya, jika beliau akan telat sedikit menjemput, karena ban mobil tiba-tiba bocor di dalam perjalanan menuju sekolah. Sehingga supir harus mampir sejenak di bengkel, katanya ada paku payung yang menusuk ban mobil.

Auriga tentu membalas tak masalah, ia bisa menunggu sebentar di dekat gerbang nanti.

Akibat terlalu fokus pada ponselnya Auriga sampai tidak menyadari sekitar. Anak itu baru saja melewati parkiran, yang tentunya akan ramai dengan kendaraan pribadi milik murid-murid. Termasuk Kevin dan teman-temannya, remaja itu langsung memasang senyum jahilnya saat mendapati sosok Auriga yang berjalan beberapa meter didepannya.

"Vin yang bener aja!" Teman Kevin seolah bisa menebak apa yang ada di kepala temannya.

"Dikit" Balasnya dan langsung melajukan motornya.

Dalam sekejap sepeda motor besar itu menyerempet tubuh Auriga. Anak itu oleng ke samping, menghantam pinggiran taman yang terbuat dari bata. Bukan hanya Auriga yang oleng, beberapa murid yang kebetulan di dekat anak itu ikut tergeser, tapi yang paling terkena imbas adalah Auriga, tentu saja karena dia yang Kevin jadikan target.

Auriga meringis kesakitan, tentu saja terbentur cukup kuat dengan benda keras rasanya pasti sakit.

Beberapa murid ikut meringis melihat itu, akan juga yang acuh dan melanjutkan langkah mereka. Ada pula yang berbisik mengatakan kasihan sekali terhadap Auriga.

"Lo gak papa?" Seorang murid membantu Auriga berdiri. Untunglah Kevin dan teman-temannya sudah pergi beberapa detik yang lalu.

"Gak papa Kak, makasi" Balas Auriga lalu anak itu mengusap sedikit bagian paha atas hingga pinggangnya yang baru saja terbentur.

"Nih ponsel lo" Seru murid laki-laki itu lagi.

Auriga menerimanya dan kembali mengucapkan terima kasih. Anak itu juga bersyukur, benda yang baru di belikan untuknya itu aman.

Murid tadi pamit setelahnya, Auriga pun turut melanjutkan langkahnya menuju depan gerbang.

Hari ini terhitung dua kali ia di jahili Kevin, yang pertama kali saat jam istirahat tadi. Kakak kelasnya itu menumpahkan tinta spidol di laci mejanya, untung Auriga lebih dulu sadar saat tangannya tak sengaja menyentuh benda cair hitam pekat itu. Sehingga tidak ada buku atau alat tulisnya yang terkena.

AURIGA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang