Bagian 25

957 124 10
                                    

¤¤¤Nemu typo tandain ya!¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤
Nemu typo tandain ya!
¤¤¤

Auriga menatap cemas pada kerumunan orang-orang di parkiran, anak itu bahkan tidak berjalan menuju mobil yang menjemputnya, Auriga lebih memilih berbelok ke parkiran saat mendengar murid-murid membawa nama abang tirinya.

Dan benar saja, begitu tiba di parkiran Auriga dapat melihat Hugo dan Kevin yang lagi-lagi hendak baku hantam. Entah apalagi kali ini masalah mereka berdua.

"Go udah, masih di sekolah ini" Suara Daniel terdengar jelas saat remaja itu menenangkan Hugo yang hendak memukul Kevin lagi.

Begitu juga Kevin yang ditahan teman-temannya.

"Gak bisa, dia sengaja anjing" Marah Hugo.

Perkara dirinya ditabrak tubuh Kevin, malah jadi besar masalahnya.

Kalau sudah sama yang namanya rival memang tidak bisa santai sedikit pun. Perkara di senggol tubuhnya sedikit, sudah seperti Kevin menabrak tubuh Hugo pakai truk saja. Kevin juga sama, kelakuannya yang suka mencari gara-gara memang mengesalkan.

"Ada apa ini?" Sebuah suara tegas datang dari satpam yang mendapat laporan bila ada pertikaian di parkiran.

"Hehe gak ada apa-apa Pak, ini biasa" Seru Faro, mencoba tidak membuat masalah semakin panjang hingga ke guru.

Hugo pun lantas melepaskan pegangan Daniel pada tubuhnya, remaja itu memilih menuju mobilnya tanpa bicara apa-apa lagi, meski tetap saja masih ada emosi didalam dirinya.

Auriga yang sejak tadi menyaksikan diantara murid-murid lainnya, bergegas berbalik juga. Kakinya berlari kecil menuju mobil jemputan yang ada di dekat parkir.

"Bapak maaf ya Riga telat" Seru Auriga begitu memasuki mobil.

Supir hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

Mobil pun mulai melaju meninggalkan area sekolah.

•••

Hugo mau pun Auriga sampai di rumah di waktu yang sama, hanya saja mobil Hugo lebih dulu tiba. Auriga bahkan dapat melihat abang tirinya itu saat keluar dari mobil dengan wajah dinginnya, Hugo bahkan membanting pintu mobilnya saat keluar dari mobil.

"Terima kasih Pak" Ucap Auriga lalu segera turun dari mobil.

Remaja tanggung itu bergegas menyusul langkah kaki Hugo yang sudah masuk lebih dulu.

Begitu sampai di lantai dua, begitu pula Auriga melihat punggung Hugo menghilang di balik pintu kamar remaja itu. Auriga menghela nafas pelan lantas menuju kamarnya sendiri.

AURIGA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang