Rapat 3

26 0 0
                                    

Pagi itu, Andre kembali berada di kantor pusat Hartono Corp, gedung pencakar langit yang menjulang megah di jantung kota. Masih dalam proses belajar, dia dijadwalkan menghadiri pertemuan penting bersama para petinggi perusahaan.

 Topiknya adalah bagaimana mengelola portofolio investasi keluarga, yang melibatkan bisnis dari properti hingga teknologi.

Dia merasa gugup tapi juga tertantang. Ini adalah kali pertama dia benar-benar terlibat dalam keputusan besar perusahaan.

"Pak Andre, tim investasi sudah menunggu di ruang rapat," kata Hugo yang setia mendampinginya pagi itu.

Andre menarik napas dalam-dalam. "Oke. Ayo kita mulai."

Di ruang rapat, ada beberapa orang yang sudah menunggu. Salah satunya adalah Pak Budi, kepala divisi investasi, pria berusia lima puluhan yang tampak sangat profesional dengan rambut yang mulai memutih. 

Andre memperhatikan bagaimana semua orang di ruangan itu tampak menghormatinya. Mungkin karena pengalaman panjangnya di bidang keuangan.

"Selamat pagi, Pak Andre," sapa Pak Budi ramah. "Kami senang Anda bisa bergabung. Hari ini kita akan membahas portofolio keluarga dan beberapa rencana investasi yang sedang dipertimbangkan."

Andre mengangguk. "Pagi, Pak Budi. Saya masih belajar, jadi saya berharap bisa banyak belajar dari kalian semua."

Pak Budi tersenyum. "Tentu, Pak. Kami di sini untuk membantu Anda memahami segala sesuatu dengan detail. Baiklah, mari kita mulai."

Di layar besar yang ada di ruang rapat, mulai ditampilkan presentasi tentang investasi yang sedang dilakukan oleh Hartono Corp. Ada berbagai bisnis yang terlibat—mulai dari properti komersial, perusahaan teknologi yang sedang berkembang, hingga investasi di energi terbarukan.

"Portofolio kita cukup diversifikasi," kata Pak Budi sambil menunjuk ke layar. "Namun, ada beberapa sektor yang sedang mengalami penurunan, terutama di properti. Kami sedang mempertimbangkan untuk merelokasikan dana ke sektor lain, misalnya teknologi hijau yang saat ini sedang naik daun."

Andre memperhatikan setiap kata. Meskipun masih belum mengerti sepenuhnya, dia ingin memastikan bahwa dia bisa memahami dasar-dasar investasi ini.

"Kenapa properti sedang menurun?" tanya Andre, ingin lebih mengerti situasi.

Pak Budi mengangguk, senang melihat ketertarikan Andre. "Pasar properti sedang mengalami penurunan karena beberapa faktor, salah satunya adalah kebijakan pemerintah yang memperketat regulasi. Selain itu, tren global sekarang mulai beralih ke teknologi dan energi terbarukan. Banyak perusahaan properti yang mulai kesulitan menarik pembeli karena perubahan preferensi konsumen."

Andre terdiam sejenak, merenung. "Jadi, kalau kita relokasikan investasi ke teknologi hijau, apa risikonya?"

Pak Budi tersenyum puas mendengar pertanyaan Andre. "Risiko selalu ada, Pak Andre. Teknologi hijau memang sedang berkembang, tapi masih banyak ketidakpastian, terutama terkait regulasi dan biaya implementasi. Namun, jika berhasil, potensi keuntungannya bisa sangat besar, karena banyak negara mulai mengadopsi kebijakan ramah lingkungan."

Andre mengangguk lagi, merasa sedikit lebih paham. "Baiklah, saya setuju kita pertimbangkan untuk meningkatkan investasi di teknologi hijau, tapi pastikan kita tetap waspada terhadap risikonya."

Pak Budi mengangguk penuh persetujuan. "Tentu, kami akan melakukan analisis risiko yang lebih mendalam sebelum membuat keputusan akhir."

Setelah pertemuan selesai, Andre merasa lega. Meski masih banyak yang harus dipelajari, dia sudah mulai bisa mengikuti alur pembicaraan bisnis. Namun, dia sadar bahwa ini baru langkah awal. Dia harus terus belajar dan memahami lebih dalam jika ingin benar-benar menguasai perannya sebagai pewaris Hartono Corp.

The Graceful HeirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang