Rapat 6

18 0 0
                                    

Malam itu, Andre duduk di ruang tamu mewahnya yang luas. Lampu-lampu gantung kristal memancarkan cahaya lembut, namun suasana hatinya jauh dari tenang. 

Setelah hari yang penuh dengan pertemuan bisnis, rasa lelah mulai terasa menghampiri. Meski demikian, pikiran Andre terus melayang-layang, memikirkan tanggung jawab yang semakin hari semakin menumpuk di pundaknya.

Ketika Andre sedang tenggelam dalam pikirannya, ponselnya bergetar. Sebuah panggilan masuk dari nomor tak dikenal.

"Halo?" Andre menjawab dengan nada ragu.

Suara di ujung sana terdengar tegas dan profesional. 

"Selamat malam, Tuan Andre. Saya Dr. Surya, penasihat keluarga Hartono. Saya ingin bertemu dengan Anda besok pagi untuk membahas warisan keluarga yang belum sempat dibicarakan dengan detail."

Andre terkejut, meskipun mencoba untuk tetap tenang. "Warisan apa yang dimaksud?"

Dr. Surya terdengar serius. 

"Ini tentang kekayaan keluarga Hartono yang lebih dari sekadar uang dan aset. Ada beberapa tanggung jawab yang datang bersamaan dengan posisi Anda sebagai pewaris tunggal."

Andre mengernyit. 

"Tanggung jawab? Saya kira sudah cukup jelas dengan semua proyek dan bisnis yang harus saya jalankan."

"Tentu saja," jawab Dr. Surya dengan tenang, "Tapi ada beberapa hal yang bersifat lebih pribadi dan mendalam, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Saya pikir lebih baik kita diskusikan ini secara langsung."

Setelah percakapan singkat itu selesai, Andre menutup telepon dan menghela napas panjang. Dia sudah merasa cukup tertekan dengan semua urusan bisnis, dan sekarang muncul lagi isu "tanggung jawab keluarga" yang tak pernah dia dengar sebelumnya.

Pikiran tentang tanggung jawab baru ini masih menggelayuti pikirannya ketika Hugo masuk ke ruangan, membawa segelas minuman.

"Lelah, Pak?" tanya Hugo sambil menempatkan gelas di meja kecil di samping Andre.

Andre menatapnya dan tersenyum tipis. 

"Sedikit. Baru saja mendapat telepon dari seseorang yang mengaku penasihat keluarga, mengatakan ada warisan lain yang belum saya ketahui. Apa kau pernah dengar soal ini, Hugo?"

Hugo menggeleng perlahan. 

"Tidak, Tuan Andre. Tapi keluarga besar seperti Hartono memang kadang memiliki rahasia yang diwariskan dari generasi ke generasi."

Andre tertawa kecil. 

"Seperti di film-film?"

"Mungkin tidak sejauh itu, tapi bisa jadi," Hugo ikut tersenyum, meskipun Andre tahu di balik senyum itu, Hugo juga penasaran.

Andre menatap kosong ke arah jendela besar yang menghadap ke taman rumahnya. 

"Terkadang aku bertanya-tanya, Hugo, apakah semua ini sepadan? Kekayaan, tanggung jawab, dan tekanan yang datang bersamanya?"

Hugo terdiam sejenak sebelum menjawab dengan bijak. 

"Saya pikir, setiap orang yang memiliki kekayaan sebesar ini pasti pernah merasakan hal yang sama. Tapi kekayaan bukan hanya soal uang, Tuan. Ini tentang pengaruh dan tanggung jawab yang bisa Anda pakai untuk kebaikan."

Andre menatap Hugo dengan pandangan serius. 

"Aku tahu itu, tapi tidak pernah terpikir seberapa dalam beban ini sampai aku benar-benar merasakannya."

Pagi berikutnya, Andre bersiap untuk bertemu dengan Dr. Surya. Penasihat keluarga itu telah mengatur pertemuan di sebuah kafe eksklusif di pusat kota. 

Saat Andre tiba, Dr. Surya sudah menunggu di sebuah meja di sudut ruangan, tampak tenang dengan setelan jas rapi dan senyuman ramah.

"Selamat pagi, Tuan Andre," sapa Dr. Surya sambil berdiri dan menjabat tangannya.

"Pagi, Dr. Surya. Saya penasaran dengan apa yang ingin Anda bicarakan," balas Andre, langsung ke inti.

Setelah mereka duduk, Dr. Surya membuka map berisi dokumen-dokumen lama yang terlihat sangat tua. 

"Sebagai pewaris tunggal, ada satu hal penting yang harus Anda pahami. Kekayaan Hartono tidak hanya berupa uang, properti, atau saham. Ada juga warisan berupa hubungan dan ikatan yang telah dibangun selama puluhan tahun."

Andre mengernyit. 

"Hubungan? Maksud Anda dengan mitra bisnis?"

Dr. Surya menggelengkan kepala. 

"Tidak hanya itu. Ini lebih luas. Keluarga Hartono memiliki sejarah panjang dalam mendukung budaya, seni, dan kesejahteraan sosial. Setiap generasi Hartono tidak hanya diukur dari seberapa besar mereka menghasilkan uang, tetapi juga dari bagaimana mereka mempengaruhi masyarakat. Ayah Anda, misalnya, diam-diam mendanai sejumlah sekolah di daerah-daerah terpencil dan membiayai proyek seni untuk seniman lokal yang kesulitan."

Andre terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi itu. 

"Saya tidak pernah mendengar tentang hal ini."

Dr. Surya tersenyum tipis. 

"Itu karena ayah Anda tidak pernah ingin hal ini menjadi publik. Tapi sekarang, Anda harus melanjutkan tradisi ini. Menjadi pewaris bukan berarti Anda hanya menerima semua keuntungan, tapi juga harus menjaga nama baik keluarga dan kontribusinya kepada masyarakat."

Andre terdiam, menatap dokumen-dokumen tua itu dengan perasaan campur aduk. "Ini tanggung jawab yang besar. Bagaimana saya bisa memastikan saya menjalankan semuanya dengan benar?"

Dr. Surya menatapnya dengan serius. 

"Anda tidak sendirian dalam hal ini. Ada banyak orang di sekitar Anda yang bisa membantu, termasuk saya. Tapi yang paling penting adalah niat Anda. Jika Anda ingin memberikan dampak positif, saya yakin Anda akan menemukan jalannya."

Andre menghela napas panjang. 

"Ini jauh lebih dari yang saya bayangkan."

"Memang begitu," balas Dr. Surya sambil menutup mapnya. 

"Tapi percayalah, Tuan Andre, Anda memiliki potensi besar. Warisan ini lebih dari sekadar materi. Ini adalah kesempatan untuk membuat perbedaan nyata di dunia."

Andre terdiam lagi, merenungkan kata-kata Dr. Surya. Pikirannya berputar antara tanggung jawabnya yang ada sekarang dengan visi masa depan yang baru saja dibukakan. 

Selama ini dia hanya berpikir tentang bagaimana menjalankan perusahaan, menjaga profit, dan memastikan bisnis berjalan lancar. 

Tapi sekarang, dia menyadari ada aspek lain yang sama pentingnya—bagaimana dia bisa menggunakan kekayaan dan pengaruh yang dia miliki untuk kebaikan yang lebih besar.

Setelah pertemuan berakhir, Andre keluar dari kafe dengan perasaan yang bercampur aduk. Angin dingin menyapu wajahnya, membantunya sedikit menenangkan diri.

"Bagaimana pertemuannya?" tanya Hugo yang menunggunya di luar.

Andre menatapnya dan tersenyum kecil. 

"Lebih berat dari yang aku duga, tapi aku pikir ini adalah sesuatu yang harus kulakukan."

Hugo mengangguk, tampak memahami. "Apa langkah selanjutnya?"

Andre menatap ke depan, seolah memandang masa depan yang kini terlihat lebih kompleks namun penuh peluang. 

"Kita akan mulai dengan yayasan amal itu. Tapi aku tidak ingin hanya sekadar menjalankan formalitas. Aku ingin benar-benar membuat perbedaan, Hugo."

Hugo tersenyum bangga. 

"Tuan Andre, saya yakin Anda akan melakukannya dengan baik. Kita akan mendukung setiap langkah Anda."

Andre menatap Hugo dan mengangguk. Dia tahu jalan di depannya akan penuh tantangan, tapi dia juga tahu, dengan dukungan yang tepat dan niat yang baik, dia bisa membawa perubahan. 

Warisan bukan hanya soal kekayaan, tapi tentang jejak yang akan dia tinggalkan di dunia.

The Graceful HeirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang