Rapat 5

18 0 0
                                    

Sinar matahari pagi menembus jendela besar kantor Andre, menciptakan pola bayangan di lantai kayu yang mengilap. Andre duduk di meja kerjanya, memandangi beberapa laporan yang telah disusun rapi di hadapannya. 

Beberapa hari terakhir terasa seperti mimpi yang berjalan terlalu cepat. Setelah insiden dengan proyek properti di pusat kota, Andre merasa tekanan semakin besar. 

Dia tidak hanya berhadapan dengan tanggung jawab, tetapi juga harus memikirkan bagaimana membawa perusahaan keluarganya ke arah yang lebih baik.

Terdengar ketukan di pintu.

"Masuk," ujar Andre tanpa mengalihkan pandangannya dari laporan.

Pintu terbuka dan Hugo masuk dengan anggukan hormat. "Selamat pagi, Tuan Andre. Ada beberapa agenda penting yang harus kita bahas hari ini."

Andre menghela napas dalam, lalu menatap Hugo dengan anggukan kecil. "Sepertinya hari ini tidak akan lebih mudah dari kemarin."

Hugo tersenyum kecil. "Sayangnya, begitulah dunia bisnis. Tapi saya yakin Anda bisa menanganinya."

"Semoga," Andre membalas dengan nada setengah bercanda. "Apa yang kita punya hari ini?"

Hugo membuka tablet di tangannya dan mulai memeriksa daftar agenda. 

"Pertama, kita harus membahas perkembangan proyek taman kota baru yang Anda setujui beberapa hari lalu. Tim properti sudah mulai survei lahan, dan mereka membutuhkan keputusan Anda mengenai desain dan lokasi pastinya. Lalu, ada pertemuan dengan beberapa investor dari luar negeri yang tertarik dengan proyek properti berikutnya di pantai selatan. Mereka akan tiba siang ini."

Andre mengangguk sambil menyandarkan tubuhnya di kursi. 

"Oke. Kita selesaikan proyek taman kota dulu. Apa sudah ada lahan yang disarankan?"

Hugo mengangguk, lalu menyerahkan beberapa dokumen kepada Andre. 

"Ada tiga pilihan lahan. Salah satunya cukup strategis, dekat dengan pusat komunitas seni. Tim properti merasa ini pilihan terbaik karena bisa memberikan manfaat lebih luas bagi masyarakat."

Andre membuka dokumen tersebut dan memperhatikan dengan seksama. 

"Lokasi ini bagus, dekat dengan sekolah dan pusat kebudayaan. Tapi bagaimana dengan anggarannya? Apakah kita mampu membangunnya tanpa mengurangi alokasi untuk proyek lainnya?"

"Anggaran masih dalam batas aman, Pak. Kami sudah memperhitungkan berbagai skenario, termasuk jika terjadi kenaikan biaya material," jelas Hugo.

Andre mengangguk lagi. 

"Baik, kita ambil lokasi ini. Saya ingin desainnya mengikuti konsep ruang terbuka hijau yang ramah lingkungan, banyak pohon, taman bermain, dan area untuk pertunjukan seni. Pastikan masyarakat lokal terlibat dalam perencanaannya."

Hugo tersenyum puas. 

"Akan saya sampaikan kepada tim."

Sebelum Hugo bisa beranjak, pintu kembali diketuk. Kali ini Ibu Rina masuk dengan membawa map tebal di tangannya.

"Maaf mengganggu, Pak Andre," sapa Ibu Rina dengan sopan. 

"Saya datang untuk membahas beberapa detail terkait yayasan amal baru yang akan kita dirikan. Saya butuh keputusan Anda sebelum kita melanjutkan ke tahap berikutnya."

Andre menatap map di tangan Ibu Rina. 

Yayasan amal itu adalah salah satu inisiatif yang ia ingin kembangkan sejak pertama kali dia menduduki posisi ini. Baginya, mengelola kekayaan bukan hanya tentang investasi atau keuntungan finansial, tetapi bagaimana menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk membantu mereka yang kurang beruntung.

The Graceful HeirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang