Setelah pertemuan itu, Andre kembali ke kantor dengan pemikiran baru. Dia tahu bahwa dia harus bertindak cepat. "Kita harus segera menghentikan rencana mereka. Jika mereka merasa terdesak, mereka bisa melakukan apa saja," ucap Andre kepada timnya.
Maya mengangguk. "Kita perlu mengumpulkan semua bukti yang ada. Jika kita bisa menunjukkan bahwa mereka memang berkolusi, kita bisa mengambil langkah hukum."
"Bagaimana jika mereka mencoba untuk melarikan diri sebelum kita bisa menghentikan mereka?" tanya Dika, cemas.
"Kita harus memblokir semua akses keluar. Siapkan pengawasan di pintu belakang dan depan kantor," perintah Andre.
Dika dan timnya segera bergerak, memastikan bahwa tidak ada yang bisa keluar tanpa sepengetahuan mereka.
Beberapa jam kemudian, Andre dan Maya melakukan briefing terakhir sebelum tindakan. "Kita harus berpikir strategis. Jika kita bisa menginterogasi Daniel lebih lanjut, kita mungkin bisa mendapatkan nama-nama lain yang terlibat," ujar Andre.
Maya menambahkan, "Kita juga perlu memikirkan bagaimana cara mengamankan dokumen-dokumen penting yang mungkin sudah mereka rencanakan untuk dihancurkan."
"Baik, mari kita lakukan pengawasan di tempat mereka biasanya bertemu," kata Dika. "Saya akan menyiapkan kamera pengintai."
Setelah semua rencana disusun, mereka merasa sedikit lebih tenang, tetapi ketegangan masih menyelimuti ruangan.
Malam itu, Andre dan timnya berjaga di kantor, menunggu dengan cermat. Suasana tegang, dan setiap detak jam terasa begitu lambat.
Sekitar pukul sepuluh malam, Dika yang mengawasi dari layar monitor berteriak, "Andre! Mereka datang! Daniel dan beberapa orang lainnya!"
"Siapkan semuanya. Kita harus menyergap mereka!" perintah Andre, semangatnya membara.
Maya dan Dika bersiap di posisi masing-masing. Mereka bisa melihat Daniel dan beberapa karyawan lainnya masuk ke dalam ruang rapat, berbicara dengan gelisah.
"Ini kesempatan kita," ucap Andre sambil mengambil napas dalam-dalam. "Mari kita lakukan!"
Andre, Maya, dan Dika maju ke ruang rapat, membuka pintu dengan tiba-tiba. "Berhenti! Kami tahu apa yang kalian rencanakan!" teriak Andre.
Semua orang terkejut. Daniel terlihat sangat cemas. "Andre, kami hanya—"
"Jangan berbohong! Kami tahu ada yang ingin menjatuhkan yayasan ini! Dan kami tidak akan membiarkan itu terjadi!" potong Maya.
"Tenang! Mari kita bicarakan ini!" seru salah satu karyawan, Rizal, yang tampaknya panik.
"Tapi tidak ada yang perlu dibicarakan lagi!" kata Dika, menguatkan posisi mereka. "Kami punya bukti cukup untuk melaporkan kalian."
"Bukti apa?" tanya Rizal, berusaha menunjukkan ketenangan.
"Bukti yang cukup untuk menunjukkan bahwa kalian berkolusi dan berencana untuk menghancurkan yayasan ini!" jawab Andre, tegas.
Daniel, tampak ketakutan, mulai bergetar. "Tunggu, tunggu! Ini tidak seperti yang kalian pikirkan! Kami tidak berniat menghancurkan yayasan. Kami hanya berusaha melindungi diri."
"Melindungi diri? Dengan cara menghancurkan orang lain?" tanya Maya, sinis.
"Saya hanya melakukan apa yang harus saya lakukan!" jawab Daniel, suaranya mulai terdengar putus asa.
Andre merasa perlu menggali lebih dalam. "Apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian? Apakah ada yang lebih besar di balik ini?"
Rizal saling memandang dengan Daniel, tampak ragu. "Kami hanya... kami merasa tertekan. Banyak yang tidak sesuai dengan harapan, dan kami merasa terancam oleh situasi yang ada," ungkap Rizal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Graceful Heir
Genç KurguSeorang pria muda dari keluarga biasa tiba-tiba transmigrasi menjadi pewaris tunggal. "Seperti di film-film?" "Mungkin tidak sejauh itu, tapi bisa jadi, iya" "Wah, selamat datang di dunia nyata!" "Masih mau piknik lagi?"