***
Karina menatap keluar jendela mobil mewah yang sedang melaju dengan tenang di jalanan sore yang mulai dipenuhi kendaraan. Langit memerah, dan senja sudah mulai menyelimuti kota. Di sebelahnya, Heeseung, pria muda dengan penampilan rapi yang terpancar dari setiap gerak-geriknya, tampak sangat puas. Karina duduk dengan tangan yang ia lipat di pangkuannya, merasa canggung namun berusaha untuk tetap tenang. Pikirannya penuh dengan banyak hal, terutama dengan apa yang baru saja terjadi hari ini.
"Kamu luar biasa hari ini," ucap Heeseung tiba-tiba, memecah keheningan yang mendominasi perjalanan mereka. Suaranya terdengar ringan, namun sarat dengan kepuasan. "Aku sangat puas. Terima kasih, Karina."
Karina hanya bisa tersenyum tipis, menundukkan kepalanya sedikit sebagai tanda rasa syukur. Ia merasa berat untuk menatap pria itu langsung, "Terima kasih kembali, Heeseung," jawabnya pelan. "Aku hanya melakukan apa yang harus Aku lakukan." Nada suaranya datar, penuh kehati-hatian.
Heeseung menatap Karina sejenak, senyum lebar masih terukir di wajahnya. Baginya, hari ini berjalan sangat baik, bahkan lebih dari yang ia harapkan. Namun, Karina sendiri merasa sebaliknya-ada kelelahan yang tak hanya fisik, tetapi juga mental yang perlahan-lahan merasuki tubuhnya. Ia merasa beban hari ini lebih berat dari biasanya, meskipun tidak ada yang terlihat berbeda di luar.
Ketika mobil berhenti di depan rumah Minsik, pria itu menatapnya dengan penuh perhatian. "Aku akan mengantarmu lagi lain kali." Ucapan Heeseung membuat Karina terdiam beberapa detik sebelum akhirnya ia mengangguk dan memberikan senyum kecil lagi.
"Terima kasih sudah mengantarku pulang, Heeseung." Ia membuka pintu mobil perlahan dan keluar dengan langkah ringan. Saat kakinya menapak trotoar, ia merasa ada sedikit kelegaan.
Heeseung, yang masih duduk di balik kemudi, menatap Karina sekali lagi, "Sampai jumpa lagi, Karina." Lalu, ia melambaikan tangan sebelum pergi dengan mobil mewahnya, meninggalkan Karina yang berdiri sendirian di depan pintu rumahnya.
Setelah memastikan Heeseung benar-benar pergi, Karina menarik napas panjang. Begitu masuk ke dalam rumah, Karina langsung merasa lebih tenang. Tidak ada tanda-tanda Minsik pulang lebih awal, dan itu membuatnya sedikit lega. Ia berjalan menuju kamar mandi, menatap cermin di depan wastafel. Wajahnya yang masih berbalut makeup kini terlihat lelah.
Perlahan-lahan, Karina mulai menghapus riasan yang sejak pagi menghiasi wajahnya. Setiap sapuan kapas di kulitnya terasa seolah mengangkat beban yang ia pikul hari ini. Namun, saat pikirannya beralih ke Minsik, perasaannya mulai sedikit lega. Meski sulit, Karina tahu bahwa ia tidak sendirian
Setelah selesai membersihkan wajahnya, ia mengganti pakaian dengan baju rumah yang lebih nyaman. Perasaan lelah yang menumpuk sepanjang hari seakan mulai memudar, namun pikirannya belum sepenuhnya bebas dari kecamuk perasaan. Ia kemudian menuju dapur, berniat memasak sesuatu untuk Minsik yang sebentar lagi akan pulang. Memasak selalu menjadi salah satu cara Karina untuk menenangkan diri.