013

625 73 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



***



Karina duduk di tengah ballroom hotel yang luas, memandangi beberapa staf wedding organizer yang sibuk mengatur dekorasi dan persiapan pernikahan. Di tangannya, selembar kertas panduan MC tergenggam lemas. Matanya kosong, seolah fokusnya melayang ke tempat lain, jauh dari kegemerlapan pesta yang tengah dipersiapkan. Tugasnya sebagai MC pernikahan ini harusnya menjadi pengalaman yang baru dan menarik, namun pikirannya justru dipenuhi bayangan Minsik. Hatinya masih terhimpit oleh kejadian terakhir antara mereka, membuat setiap detik berlalu dengan beban yang tak tertahankan.

"Karina?" suara tenang Heeseung membuyarkan lamunannya. Temannya itu berjalan mendekat dengan senyum hangat, meski raut wajahnya menunjukkan sedikit kekhawatiran. Sebagai Ceo Wedding Organizer ini, Heeseung selalu tampak tenang dan berwibawa. Namun hari ini, dia tampaknya bisa merasakan ada yang tidak beres.

Karina mendongak, mencoba tersenyum, namun gagal. Senyumnya begitu tipis dan pudar. "Heeseung," jawabnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar.

Heeseung mengernyit, lalu duduk di kursi di samping Karina, menatap temannya itu dengan penuh perhatian. "Apa yang terjadi? Kamu terlihat sangat kacau hari ini."

Karina menghela napas panjang, menundukkan kepalanya sejenak sebelum akhirnya menatap temannya itu. "Heeseung, aku tidak tahu harus mulai dari mana," ujarnya dengan suara berat. "Aku bertengkar dengan Minsik."

Heeseung mencondongkan tubuhnya ke depan, jelas-jelas tertarik dengan cerita itu. Dia tahu sedikit tentang hubungan Karina dengan Minsik—karina pernah bercerita tentang perempuan itu beberapa kali, dan dari caranya bercerita, Heeseung tahu betapa dalam perasaan Karina pada Minsik. "Ceritakan saja semuanya. Apa yang terjadi?"

Karina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum memulai ceritanya. "Minsik... Dia melihatku denganmu di hotel kemarin. Dia salah paham, Heeseung. Dia pikir aku kembali ke pekerjaan lamaku, padahal itu tidak seperti yang dia kira. Aku hanya—"

Heeseung mengangkat tangan, menghentikan Karina sebelum dia terus berbicara. "Karina, tenang. Ambil napas dulu. Ini jelas sangat menyakitkan buatmu, tapi aku yakin kita bisa mencari solusi. Apa yang dia katakan saat bertengkar denganmu?"

Karina menelan ludah, menunduk lagi, merasa malu. "Dia bilang aku perempuan kotor. Dia memaki dan menghinaku. Aku tahu dia marah, tapi perkataannya benar-benar menyakitkan."

Heeseung menatap Karina dengan simpati. "Itu pasti sangat berat untuk didengar."

Karina mengangguk lemah. "Aku pikir aku sudah berhasil membuktikan pada diriku sendiri bahwa aku bisa berubah. Bahwa aku bisa hidup tanpa kembali ke pekerjaan itu. Tapi di matanya, aku tetap orang yang sama."

Heeseung meraih tangan Karina, menggenggamnya erat. "Kamu tidak harus membuktikan apa pun pada siapa pun, Karina. Kamu sudah membuat keputusan untuk berhenti dari dunia itu, dan kamu sudah berada di jalan yang benar. Apa yang Minsik katakan mungkin berasal dari rasa sakit, tapi itu tidak mendefinisikan dirimu. Kamu lebih baik dari itu."

A Melody In The Silent Night | Winrina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang