***
Malam itu, Minsik dan satu tim divisinya larut dalam pesta perayaan ulang tahun salah satu teman divisinya----Woonbin. Momen itu penuh kebahagiaan, dengan deretan makanan lezat seperti sapi panggang, ayam goreng, dan tentu saja aliran soju yang tiada henti. Minsik sendiri, meski tidak terbiasa minum banyak, terbawa suasana dan tanpa disadari, ia sudah dalam kondisi setengah mabuk. Di sebelahnya, Giselle dan Eunchae duduk, ikut menikmati malam bersama teman-teman mereka.
Giselle mengawasi Minsik yang wajahnya mulai memerah, jelas tanda bahwa soju sudah mulai bekerja keras di tubuhnya yang tak kuat minum. Eunchae di sisi lain sesekali menertawakan tingkah Minsik yang mulai terlihat tidak terkendali, bergumam tak jelas dan sesekali hampir tersandung oleh kursi di sebelahnya.
"Minsik, kamu sudah setengah mabuk," kata Giselle sambil tertawa kecil, menyodorkan air putih ke arah Minsik.
"Ah, aku baik-baik saja, Giselle. Sedikit lagi..." jawab Minsik dengan suara melenguh, tetapi tangannya sudah gemetar saat memegang gelas soju terakhirnya.
Namun, pesta harus berakhir. Ketika suasana mulai mereda dan makanan hampir habis, satu per satu teman-teman mereka mulai berpamitan. Giselle tahu bahwa Minsik dalam keadaan tidak memungkinkan untuk pulang sendirian, apalagi membawa mobil.
Giselle lalu menoleh ke Eunchae, "Kita harus bawa Minsik pulang. Dia sudah tidak bisa jalan lurus lagi."
Eunchae mengangguk setuju, "Aku akan bantu."
Dengan hati-hati, Giselle dan Eunchae membantu Minsik keluar dari restoran. Langkah Minsik goyah, dan ia tertawa kecil di sepanjang jalan, tanpa alasan jelas. Wajahnya memerah, jelas tanda-tanda ia sudah terlalu banyak minum. Giselle memasukkan Minsik ke dalam mobil milik Minsik, sementara Eunchae bersiap membawa mobil Giselle.
"Kamu bawa mobilku, Eunchae. Nanti kita ketemu di rumah Minsik, setelah itu aku akan mengantarmu pulang," ujar Giselle sambil memastikan Minsik duduk dengan aman di kursi penumpang.
Eunchae mengangguk dan menjalankan mobil mengikuti mobil Minsik yang dikemudikan Giselle.
Sesampainya di depan rumah Minsik, Giselle bergegas keluar dari mobil, lalu berjalan ke sisi Minsik yang sudah mulai tertidur lelap di kursi penumpang. "Minsik, bangun. Kita sudah sampai," kata Giselle sambil menggoyangkan bahunya, tapi Minsik hanya menggerakkan kepalanya tanpa benar-benar terbangun.
Saat itu, Giselle berniat mengambil kunci rumah dari kantung celana Minsik. Namun, saat tangannya baru menyentuh saku Minsik, pintu depan rumah tiba-tiba terbuka. Giselle terkejut, tangannya berhenti sejenak, sementara matanya membelalak saat melihat seorang perempuan asing berdiri di ambang pintu.
Perempuan itu mengenakan piyama, dengan rambut panjang tergerai yang membuatnya terlihat anggun. Giselle menatapnya dengan bingung, tidak tahu harus berkata apa. Selama ia bersahabat dengan Minsik, tidak pernah sekali pun Giselle mendengar tentang perempuan ini, apalagi melihat seseorang yang tinggal bersamanya.