Naruto©Masashi Kishimoto
[Alternate Universe]
...Fanfiction by @Krt_hyuu
____________________________________Aku sudah sering melangkah keluar dari sebuah ruangan, sendirian, dengan tujuan yang sudah kupunya. Kini pun sama. Bedanya seseorang ikut melangkah berdampingan bersamaku dengan tanpa pasti tujuan kami ke mana.
Tapi tentu, aku lebih menyukai yang ini.
Langkahku dengannya masih seirama, walau seharusnya aku kerepotan menyusul jika saja Naruto tidak meyetarakan langkahnya. Hingga dirinya berhenti secara tak terbaca, membuatku berada di depan dan mendahului. Maka aku mundur dengan kakunya agar posisi kami kembali sejajar. Kini kami berhadapan di tengah koridor lengang.
Kudengar, dia terkekeh pendek merespon kelakuanku.
"Maaf."
Aku cukup terhenyak. Tak kusangka itu yang diucapkannya alih-alih kalimat ledekkan.
"Untuk?" tanyaku selagi memperbaiki raut wajah agar tampak biasa. Bukan tegang, gugup, dan konyol di beberapa detik lalu.
"Untuk keributan yang sempat kau lihat di klub."
Oh, yang itu maksudnya. Kupikir maaf untuk aksi berhenti mendadaknya barusan.
"Kalau begitu kau perlu meminta maaf pada yang lainnya juga, bukan?"
Naruto mendengus dalam senyumnya yang tipis. Aku terpaku. Ah ... sungguh pemandangan paling indah hari ini.
"Haruskah?" timpalnya sambil berlagak menimbang-nimbang dengan tampang tak meyakinkan. Aku tahu itu cuma guyonan "orang tampan" saja.
Dehaman singkatku cukup berguna untuk meredam salah tingkah, walau tak sampai melancarkan bicara. "B-bagaimana dengan diskusinya?"
'Kan, aku berakhir tergagap. Sial sekali.
"Mau kubelikan minuman segar dulu? Anggap sebagai permintaan maafku," tawarnya sambil menunjuk mesin minuman di depan kami.
Namun, tak segera kugubris dan malah terdiam untuk berpikir-pikir dulu. Hingga kulihat dalam tatap gugup ini, dia tertawa ringan sebagai reaksi atas diamku.
"Baiklah. Yang lain pun akan kubelikan. Jadi, kau harus mau."
Tanpa sempat kucegah langkahnya telah menuju ke sana. Sejujurnya ingin sekali protes bahwa maksudku tidak begitu. Aku hanya tak ingin merepotkan di kali pertama berdekatan dengannya.
Tak lama Naruto tiba menghadapku lagi. Keempat kaleng di dekapnya kulihat cukup menyulitkan.
"Ambillah." Dia menyodorkan satu kaleng minuman padaku saat dirinya berusaha menjaga kaleng lain agar tetap dalam dekapannya.
Aku segera menerima. "Mau berbagi beban? Biar kubawa sebagiannya agar lebih mudah."
Setelahnya aku dibuat heran. Dia malah terpaku memandangi wajahku tanpa kedip. Maka langsung saja aku merebut satu kaleng lagi untuk memenuhi kedua tanganku.
Tak bisa, aku tak tahan lagi jika ditatap lebih lama dari ini.
"Di mana kita memulai diskusinya?" tanyaku demi pengalihan.
Naruto berhasil tersadar, namun sesuatu langsung mengambil atensinya, termasuk aku.
"Naruto."
Itu dia. Si penyebab kami berdua menoleh bersamaan ke salah satu sisi: kedatangan Sara.
Kulihat matanya yang "bicara" lebih dulu atas kebersamaan kami berdua. Matanya bicara seolah tak suka, aku yakin itu, terbukti dari sorot tajamnya yang hanya ditujukan padaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Second Summer
RandomBerlatar di musim panas, musim penuh gerah dan minuman dingin ... juga ... mendebarkan. Hinata tak menduga musim yang sering ia umpati akan membakar perasaannya. Perasaan suka itu ... menggebu lebih hebat dibanding saat dirinya masih seorang pengama...